Kerak Peradaban Aceh, merupakan bab pertama dalam buku Acehnologi Vol. III yang merupakan salah satu bagian dari Fondasi Peradaban Acehnologi.
Dalam bab ini penulis mencoba membuka kembali kesadaran masyarakat Aceh mengenai peradaban Aceh. Hal ini tentu saja dengan melihat masa lalu rakyat Aceh yang begitu jaya dan gemilang sebelum abad ke-17 dalam berbagai konteks sehingga dapat diketemukan bagaimana peradaban Aceh dari zaman endatu hingga pada saat ini.
Proses kesadaran akan peradaban bagi suatu bangsa ini dikatakan oleh penulis merupakan yang paling penting, karena tanpa adanya kesadaran akan peradaban bangsa sendiri maka sudah tentu tidak mungkin dalam membangun bangsa dan negara.
Untuk itu ada yang mengatakan bahwa kesadaran tersebut bisa dimulai dari spirit, being, dan action.
Jika kita melihat sejarah kegemilangan Aceh, khususnya pra abad ke-17, maka bisa dikatakan bahwa Aceh telah menoreh satu penggal peradaban yang tidak dapat dilupakan oleh siapapun. Tapi sayangnya untuk mengulangi kejayaan dan kegemilangan Aceh seperti masa terdahulu, Aceh selalu mengalami kegagalan dalam prosesnya.
Aceh dalam melukiskan dirinya sendiri sebagai sebuah entitas peradaban di Nusantara tidak lain yaitu ditopang oleh 3 kekuatan spirit sehingga dengan adanya tiga spirit tersebut maka orang Aceh dapat membentuk jati diri sendiri sebagai orang yang bisa dikatakan ke-Aceh-an. 3 spririt yang dimaksud adalah spirit Keislaman, spirit Kebudayaan dan spirit Ilmu Pengetahuan.
Dalam Spirit Keislaman dikatakan disini bahwa dapat membentuk kekuatan politik yang bersifat teokrasi, sehingga sistem berpikirnya yaitu bagaimana caranya agar ajaran Islam dapat dilaksanakan secara kaffah. [Hal. 746]
Salah satu dosen fakultas Syariah dan Hukum Universitas UIN Ar-Raniry, Dr. Jabbar Sabil mengatakan bahwa Peradaban Aceh dapat dikembalikan dengan Teologi Moderat. Apa itu teologi moderat dan bagaimana maksudnya mengembalikan Peradaban Aceh dengan Teologi Moderat, silahkan baca ulasan selengkapnya pada link di bawah ini
Selanjutnya dalam Spirit Kebudayaan dikatakan bahwa Aceh memiliki akar dari peradaban besar di dunia. Akibatnya banyak budaya yang masuk dari berbagai bangsa ke Aceh dapat disatukan dan dijadikan bingkai ke-Aceh-an.
Terakhir dalam Spirit Ilmu Pengetahuan dikatakan bahwa tidak dapat dipungkiri spirit yang satu ini telah menyinari peradaban Islam di Asia Tenggara. Artinya Aceh telah mewarisi kajian ilmu pengetahuan terutama dalam bidang agama baik dalam bentuk lisan maupun tulisan dalam cakupan lokal bahkan internasional.
Dengan begitu penyatuan ketiga spirit diatas sudah sepatutnya akan menjadikan satu kekuatan yang menciptakan jati diri orang Aceh yang sesungguhnya.
Namun pada kenyataannya ketiga spirit tersebut agaknya telah hilang dari diri orang Aceh saat ini, karena ketiga spirit tersebut hanya ada pada era endatu, bukan pada abad ke-21 ini. Inilah sebabnya penulis mengatakan bahwa orang Aceh sangat merindukan era tersebut, namun tidak dapat terealisasikan disebabkan ketiga spirirt tersebut telah tercerabut dari dalam diri orang Aceh.
Untuk itulah Acehnologi berupaya membangitkan kembali peradaban Aceh ditengah kepungan kekuatan spiritual dari peradaban lainnya, Jawa dan Barat. Jadi setidaknya masyarakat Aceh melalui Acehnologi memiliki daya tahan terhadap kepungan dan pengaruh peradaban dari belahan dunia yang cenderung bertujuan untuk menjauhkan manusia dengan Tuhan serta untuk menguasai alam. Tak lupa pula dalam hal ini Acehnologi ingin memberikan fungsi keilmuan dari khazanah peradaban Aceh kepada generasi masa kini.