Lawan Hoaks! 5 Langkah Verifikasi Informasi di Media Sosial yang Harus Kamu Tahu

in #artikel3 days ago

gambar 1.png

Kebohongan terdengar seperti fakta bagi mereka yang telah dikondisikan untuk salah mengenali kebenaran.” – DaShanne Stokes

Di era digital yang serba cepat, media sosial menjadi tempat utama bagi banyak orang untuk mendapatkan informasi. Namun, di balik kemudahan ini, tersembunyi ancaman besar berupa hoaks dan misinformasi. Fenomena ini tidak hanya membingungkan, tetapi juga dapat merugikan individu dan masyarakat. Tidak jarang, sebuah informasi palsu atau sering disebut hoaks dapat menyulut rasa takut atau bahkan menimbulkan konflik hanya karena diterima mentah-mentah tanpa diverifikasi terlebih dahulu.

Contohnya seperti gambar berikut.
gambar 2.png

Generasi millenial pasti tidak asing dengan foto ini. Foto ini diambil dari cuplikan video dengan narasi “anak durhaka dikutuk menjadi ikan pari”. Video berdurasi 30 detik tersebut sukses membuat anak-anak ketakutan dan tidak berani melawan orangtuanya. Namun, faktanya ikan tersebut bukanlah hasil kutukan, melainkan ikan pari yang berjenis Shovelnose Guitarfish atau yang sering disebut dengan Pari Gitar. Hayo, siapa dulu yang pernah kegocek?

Sadar nggak sih, hoaks dirancang untuk memanfaatkan emosi pembacanya, seperti rasa takut, marah, atau simpati. Sayangnya, banyak pengguna media sosial yang dengan mudah menyebarkan informasi tanpa memikirkan dampaknya. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memiliki keterampilan dalam memverifikasi informasi sebelum mempercayai atau membagikannya kepada orang lain. Berikut adalah langkah-langkah yang bisa kamu gunakan untuk melawan hoaks di media sosial.

1. Cek Sumber Informasi

Langkah pertama dalam memverifikasi informasi adalah memeriksa sumbernya. Pertama, tanyakan pada dirimu sendiri: Apakah sumber ini kredibel? Media atau akun dengan reputasi baik cenderung lebih dapat dipercaya. Hindari mempercayai akun anonim atau yang sering menyebarkan konten kontroversial.

Perhatikan juga bias dari sumber tersebut. Sumber yang memiliki bias tertentu bisa saja menyajikan informasi yang tidak objektif. Bias ini dapat memengaruhi sudut pandangmu terhadap suatu topik. Oleh karena itu, selalu periksa apakah sumber tersebut memberikan gambaran yang berimbang.

2. Verifikasi dengan Sumber Lain

Jangan mudah percaya pada satu sumber. Cari informasi serupa di media massa ternama, situs web pemerintah, atau lembaga riset dan akademik. Jika sumber-sumber ini tidak memberitakan hal yang sama, ada kemungkinan informasi tersebut tidak benar.

Pastikan juga informasi tersebut didukung oleh fakta dan data yang bisa diverifikasi. Fakta yang disertai bukti kuat, seperti laporan resmi atau penelitian ilmiah, lebih dapat dipercaya dibandingkan opini belaka.

3. Perhatikan Tanggal dan Konteks

Informasi yang kadaluarsa sering kali menyesatkan. Sebelum mempercayai dan membagikan informasi, cek tanggal publikasinya. Kapan diposting? Apakah informasi tersebut masih relevan dengan kondisi saat ini?

Jangan lupa memahami konteks di mana informasi tersebut dibagikan. Sebuah pernyataan bisa memiliki makna berbeda jika dikeluarkan di situasi atau waktu tertentu. Memahami konteks akan membantumu menilai keakuratan dan relevansi informasi.

4. Waspada Hoaks dan Misinformasi

Hoaks sering kali ditandai dengan bahasa yang provokatif, judul sensasional, atau gambar yang terlihat terlalu dramatis. Gambar yang diedit atau diambil di luar konteks juga sering digunakan untuk memperkuat narasi palsu.

Kamu bisa memastikannya dengan menggunakan alat cek fakta atau situs web khusus yang memverifikasi informasi, seperti Google Lens, FactCheck.org, cekfakta.com, komdigi.go.id. Situs-situs tersebut bisa membantumu untuk mengidentifikasi apakah suatu berita atau klaim merupakan hoaks atau bukan.

5. Ketahui Motif

Terakhir, yang tidak kalah penting, pikirkan mengapa informasi tersebut disebarkan. Apakah ada kepentingan tertentu di balik penyebaran informasi tersebut? Misalnya, apakah ada pihak yang ingin mendapatkan keuntungan finansial atau politik? Memahami motif di balik penyebaran informasi dapat membantu kamu menilai kebenarannya.

Motif seperti promosi produk, kampanye politik, atau upaya menjatuhkan reputasi pihak tertentu sering menjadi alasan utama mengapa sebuah informasi dirancang untuk viral. Sebagai pengguna media sosial, kamu harus bersikap skeptis terhadap konten yang seolah-olah terlalu memihak atau mencoba memanipulasi opini publik.

gambar 3.png

Supaya makin waspada, lakukan juga tips berikut:

  • Saring sebelung sharing: Sebelum menekan tombol “share,” pastikan kamu sudah memverifikasi kebenarannya. Ingat, menyebarkan informasi palsu bisa merugikan banyak orang.
  • Hati-hati dengan Deepfake: Teknologi deepfake memungkinkan pembuatan video atau gambar palsu yang terlihat nyata. Jika ada video atau gambar yang mencurigakan, cari tahu keasliannya.
  • Cek Profil Pembuat Konten: Lihat riwayat postingan dan interaksi dari akun yang membagikan informasi. Hindari akun yang sering menyebarkan konten kontroversial atau tidak kredibel.

Setiap pengguna media sosial memiliki tanggung jawab untuk tidak hanya menjadi penerima informasi, tetapi juga selector informasi yang bijak. Jadilah pengguna media sosial yang cerdas dan stop penyebaran hoaks. Ingat, memverifikasi kebenaran informasi bukan hanya tentang melindungi dirimu sendiri, tetapi juga menjaga ekosistem digital yang sehat untuk semua orang.

“Karya ini dibuat untuk lomba menulis blog dalam rangka 1st Anniversary Menulis.Id”