BABY CORN PRODUCTION CAUSE OF PLANTING DISTANCE SETTINGS AND DIFFERENT VARIETIES OF ORGANIC

in #babycorn7 years ago (edited)

PRODUKSI JAGUNG SEMI AKIBAT PENGATURAN JARAK TANAM DAN VARIETAS BERBEDA SECARA ORGANIK

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Jagung (Zea mays L.) tergolong tanaman kedua setelah padi sebagai sumber karbohidrat dan sudah lama dijadikan bahan pangan dalam kehidupan manusia. Dewasa ini kecenderungan permintaan terhadap jagung terus meningkat dan nilai ekonomi jagung makin tinggi, karena penggunaannya makin luas, antara lain sebagai bahan baku industri dan pakan ternak sejalan dengan perkembangan sektor peternakan dan industri makanan. (Rukmana, 1997).
Jagung merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang terpenting, selain gandum dan padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di Amerika Tengah dan Selatan, jagung juga menjadi alternatif sumber pangan di Amerika Serikat. Selain sebagai sumber karbohidrat, jagung juga ditanam sebagai pakan ternak (hijauan maupun tongkolnya), diambil minyaknya (dari biji), dibuat tepung (dari biji, dikenal dengan istilah tepung jagung atau maizena), dan bahan baku industri (dari tepung biji dan tepung tongkolnya). Tongkol jagung kaya akan pentosa, yang dipakai sebagai bahan baku pembuatan furfural. Jagung yang telah direkayasa genetika juga sekarang ditanam sebagai penghasil bahan farmasi. (Rifqi, 2009).
Jagung juga merupakan salah satu jenis tanaman pangan biji-bijian dari keluarga rumput-rumputan. Daerah-daerah penghasil utama tanaman jagung di Indonesia adalah, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Madura, D.I. Yogyakarta, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Timur dan Maluku. Khususnya di Daerah Jawa Timur dan Madura, budidaya tanaman jagung dilakukan secara intensif karena kondisi tanah dan iklimnya sangat mendukung untuk pertumbuhannya. Di Indonesia pada tahun 2004 produksinya baru 11,225 juta ton, pada 2005 meningkat menjadi 12,52 juta ton, dan produksi untuk tahun 2006 12,13 Juta ton (Purba, 2008).
Pemanfaatan jagung untuk bahan makanan dapat ditingkatkan melalui peningkatan konsumsi perkapita dengan program diversifikasi pangan dengan mengembangkan jagung sebagai bahan pangan alternatif susbtitusi beras. Produk olahan jagung yang biasa dikonsumsi manusia berupa nasi jagung, makanan kecil atau snack, seperti jagung bakar, jagung rebus, brondong, dan produk olahan seperti pati jagung atau maizena dapat dibuat berbagai macam produk olahan. Produk olahan lainnya adalah tepung jagung yang dapat digunakan untuk pembuatan bermacam-macam makanan. Tepung jagung dapat berperan sebagai tepung terigu, sehingga diharapkan dapat menjadi substitusi tepung terigu, dan dapat mengurangi penggunaan tepung terigu.
Produksi jagung hingga kini dikonsumsi oleh manusia dalam berbagai bentuk penyajian. Buah jagung yang masih muda, terutama jenis jagung manis (sweet corn) sangat disukai orang dan biasanya disajikan dalam bentuk jagung rebus atau jagung bakar. Selain itu juga sering dijumpai tepung jagung atau tepung maizena dan minyak jagung (AAk, 1993).
Jagung tidak hanya digunakan sebagai bahan pangan, tetapi juga dijadikan bahan sayuran segar atau sayuran kalengan (canning) yang diawetkan. Tongkol dan biji jagung muda merupakan bahan sayuran yang dikenal dengan nama jagung semi atau baby corn (Rukmana, 1997).
Jagung muda selain dikonsumsi sebagai sayuran segar, juga digunakan sebagai bahan baku industri pangan terutama pada industri jasa boga, telah diterima secara luas di pasar lokal maupun internasional, seperti Singapura, Jepang, Amerika Serikat, dan Eropa (Listiowati, 1992).
Baby corn atau biasa disebut jagung semi merupakan tongkol jagung yang dipanen waktu muda (belum berbiji). Jagung semi sebagai sayuran sudah lama dikenal di Indonesia dan umumnya dipakai dalam masakan sehari-hari , antara lain dalam masakan cap cay, sop, oseng-oseng, dan sebagainya. Jagung semi disukai karena rasanya enak, kandungan karbohidrat, protein, vitamin serta kadar gulanya relatif tinggi tetapi kandungan lemaknya rendah.
Penduduk yang terus bertambah dan pendapatan yang semakin tinggi, menyebabkan permintaan pasar dalam negeri terhadap berbagai jenis produk pangan cenderung meningkat. Penduduk kota dan kawasan industri yang makin bertambah juga menyebabkan pemasaran komoditas sayuran, khususnya jagung semi atau baby corn, berprospek semakin baik (Rukmana, 1997).
Budidaya tanaman jagung untuk tujuan produksi baby corn merupakan usaha peningkatan produktivitas lahan dan pendapatan petani. Menurut (Listiowati, 1992), jagung untuk tanaman sayur dapat dipanen 2-4 hari setelah rambut tongkol keluar atau 46-57 hari setelah tanam dan tergantung varietas. Zamriyetti, 2005, mengemukakan produksi baby corn ditentukan oleh varietas yang ditanam.
Untuk meningkatkan produksi tanaman jagung per satuan luas lahan dan waktu dapat dicapai bila tanaman memperoleh lingkungan tumbuh yang sesuai dengan pertumbuhannya yaitu melalui pengaturan jarak tanam. Pengaturan jarak tanaman yang tepat bagi tanaman dapat memberikan peluang yang sebesar-besarnya bagi tanaman untuk dapat memanfaatkan sumberdaya lingkungan secara maksimal, baik berupa tanah, iklim maupun air. (Gunawan, 2009).
Jarak tanam dan populasi sangat mempengaruhi kerapatan daun. Semakin tinggi kerapatan daun maka jumlah cahaya yang masuk ke tanaman bagian bawah menjadi lebih sedikit. Penurunan jumlah cahaya yang masuk ini akan menurunkan laju fotosintesis. Pengaruh intensitas cahaya terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman sejauh mana berhubungan erat dengan proses fotosintesis. Semakin besar jumlah energi yang tersedia akan memperbesar jumlah hasil fotosintesis sampai dengan optimum (maksimum). Untuk menghasilkan berat kering yang maksimal, tanaman memerlukan intensitas cahaya penuh. (Badrus, 2010).
Jarak tanam jagung disesuaikan dengan umur panennya, semakin panjang umurnya jarak tanam semakin lebar. Jagung berumur panen lebih 100 hari sejak penanaman, jarak tanamnya 40x100 cm (2 tanaman /lubang). Jagung berumur panen 80-100 hari, jarak tanamnya 25x75 cm (1 tanaman/lubang). (Warisno, 1998). Varietas jagung yang dapat dipanen sebagai jagung semi atau baby corn adalah verietas Arjuna Bisi II, selain rasanya manis juga tengahnya tidak bergabus dan berumur pendek (Palungkun, 2001).
Varietas unggul mempunyai sifat: berproduksi tinggi, umur pendek, tahan serangan penyakit utama dan sifat-sifat lain yang menguntungkan. Varietas unggul ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: jagung hibrida dan varietas jagung bersari bebas. Nama beberapa varietas jagung yang dikenal antara lain: Abimanyu, Arjuna, Bromo, Bastar Kuning, Bima, Genjah Kertas, Harapan, Harapan Baru, Hibrida C 1 (Hibrida Cargil 1), Hibrida IPB 4, Kalingga, Kania Putih, Malin, Metro, Nakula, Pandu, Parikesit, Permadi, Sadewa, Wiyasa, Bogor Composite-2. (Yudharta, 2009)
Selain pengaturan jarak tanam dan penentuan varietas, yang harus diperhatikan juga mengenai pemupukan, baik secara organik maupun kimiawi. Menurut Sutedjo (1998), salah satu fungsi pupuk adalah untuk menambah unsur hara di dalam tanah dalam bentuk yang tersedia. Artinya pupuk yang ditambahkan itu harus dapat diserap tanaman. Pupuk organik mempunyai beberapa keunggulan, yaitu dapat meningkatkan kandungan bahan organik di dalam tanah, memperbaiki struktur tanah, meningkatkan kapasitas tukar kation tanah, meningkatkan aktivitas kehidupan biologi tanah dan meningkatkan ketersediaan hara di dalam tanah. Pupuk organik mengandung asam humus yang membantu membebaskan unsur-unsur yang terikat, sehingga mudah diserap oleh tanaman.
Berdasarkan potensi baby corn dan permasalahan budidayanya serta waktu panen yang berbeda sesuai varietas yang ditanam maka dilakukan penelitian jarak tanam dan varietas jagung secara organik dengan tujuan untuk memperoleh jarak tanam yang sesuai untuk varietas yang baik dalam usaha peningkatan produktivitas jagung semi. Dengan dasar inilah peneliti mencoba meneliti Produksi Jagung Semi Terhadap Pengaturan Jarak Tanam Dan Varietas Berbeda Secara Organik.

1.2 Tujuan
Mengetahui dan mengkaji pengaruh beberapa jarak tanam yang berbeda pada tiga varietas jagung terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman jagung semi secara organik.

1.3 Identifikasi Masalah

  1. Apakah jarak tanam yang berbeda berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil jagung semi ?
  2. Apakah varietas yang berbeda berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil jagung semi ?
  3. Apakah terdapat interaksi antara jarak tanam dan varietas terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman jagung semi ?

1.4 Hipotesis

  1. Jarak tanam yang berbeda berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil jagung semi.
  2. Varietas yang berbeda berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil jagung semi.
  3. Terdapat interaksi antara jarak tanam dan varietas terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman jagung semi.

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sistematika Tanaman Jagung
Tanaman jagung merupakan tanaman semusim yang tumbuh baik pada berbagai jenis tanah. Klasifikasi tanaman jagung menurut Warisno (1998) adalah sebagai berikut :
Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan)
Divisio : Spermatophyta (tumbuhan berbiji)
Sub-Divisio : Angiospermae (berbiji tertutup)
Kelas : Monocotyledone (berkeping satu)
Ordo : Graminae (rumput-rumputan)
Famili : Graminaceae
Genus : Zea
Species : Zea mays L.

Pada saat jagung berkecambah, akar tumbuh dari calon akar yang berada dekat ujung biji yang menempel pada janggel, kemudian memanjang dengan diikuti oleh akar-akar samping. Pada saat tanaman berumur antara 6 sampai dengan 10 hari, akar yang sebenarnya mulai tumbuh. Akar tersebut bersifat permanen dan tumbuh kurang lebih 2,5 cm dari permukaan tanah. Akar adventif merupakan bentukan akar lain yang tumbuh dari pangkal batang, di atas permukaan tanah kemudian menembus dan masuk ke dalam tanah (Suprapto, at al 2005).
2.2 Tanaman Jagung
Bagian tanaman jagung terdiri dari akar, batang, daun, bunga, dan biji.
Akar
Tanaman jagung berakar serabut menyebar kesamping dan kebawah sepanjang 25 cm.
Batang
Batang tanaman jagung beruas-ruas dengan jumlah ruas bervariasi antara 8-20 ruas. Tanaman jagung umumnya tidak bercabang kecuali pada jagung manis sering tumbuh beberapa cabang (anakan) yang muncul pada pangkal batang. Panjang batang jagung berkisar antara 60 cm – 300 cm atau lebih tergantung tipe dan jenis jagung. Ruas bagian batang atas berbentuk silindris dan ruas-ruas batang bagian bawah berbentuk bulat agak pipih (Rukmana, 2007).
Daun
Daun terdiri atas kelopak daun, lidah daun, dan helaian daun. Kelopak daun umumnya membungkus batang. Antara kelopak dan helaian terdapat lidah daun yang disebut ligula. Ligula ini berbulu dan berlemak. Fungsi ligula adalah mencegah air masuk kedalam kelopak daun dan batang (Purwono, at al, 2005)
Bunga
Tanaman jagung termasuk monoceous, tetapi bunga jantan dan betina letaknya terpisah. Bunga jantan dalam bentuk malai terletak di pucuk tanaman, sedang bunga betina sebagai tongkol yang terletak kira-kira pada pertengahan tinggi batang. Tepung sari dihasilkan malai 1-3 hari sebelum rambut tongkol keluar, rambut tongkol ini berfungsi sebagai kepala putik dan tangkai putik. Karena letak bunga terpisah dan tepung sari mudah diterbangkan angin maka pembuahan berasal dari tanaman tetangga. Hal ini dikenal dengan penyerbukan silang. Pada tanaman jagung penyerbukan silang sebesar 95 % (Suprapto, 1999).
Biji
Biji jagung berkeping tunggal, berderet rapi pada tongkolnya. Pada setiap tanaman jagung ada satu tongkol , kadang-kadang ada yang dua. Setiap tongkol terdapat 10-14 deret biji jagung yang terdiri dari 200-400 butir biji jagung (Suprapto, et al, 2005).

2.3 Syarat Tumbuh Tanaman Jagung
Jagung kebanyakan ditanam di dataran rendah, baik sawah tadah hujan maupun sawah irigasi. Sebahagian terdapat juga di daerah pergunungan pada ketinggian 1000 – 1800 m di atas permukaan laut.
Iklim
Tanaman jagung berasal dari daerah tropis, tetapi karena banyak tipe dan variasi sifat-sifat yang dimilikinya, jagung manis dapat tumbuh baik pada berbagai iklim. Iklim yang dikehendaki oleh sebagian besar tanaman jagung manis adalah daerah-daerah beriklim sedang hingga daerah beriklim sub tropis atau tropis basah. Jagung manis dapat tumbuh di daerah yang terletak antara 0o-50o lintang utara hingga 0o-40o lintang selatan (Tobing, et al, 1995).
Faktor-faktor iklim yang terpenting adalah jumlah dan pembagian dari sinar matahari dan curah hujan, temperatur, kelembaban dan angin. Tempat penanaman jagung harus mendapatkan sinar matahari cukup dan jangan terlindung oleh pohon-pohonan atau bangunan. Bila tidak terdapat penyinaran dari matahari, hasilnya akan berkurang.
Tanah
Tanah yang dikehendaki adalah gembur dan subur, karena tanaman jagung memerlukan aerasi dan pengairan yang baik. Jagung dapat tumbuh baik pada berbagai macam tanah. Tanah lempung berdebu adalah yang paling baik bagi pertumbuhannya. Tanah-tanah berat masih dapat ditanami jagung dengan pengerjaan tanah lebih sering selama pertumbuhannya, sehingga aerasi dalam tanah berlangsung dengan baik.
Kemasaman tanah (pH) yang terbaik untuk jagung adalah sekittir 5,5 – 7,0. sedangkan pH yang ideal adalah 6,5. Untuk pertumbuhan tanaman dibutuhkan tanah yang bersifat netral. Tanah yang asam yaitu angka pH kurang dari 5,5 sebaiknya dilakukan pengapuran (Rosmarkam, et al, 2001)
Curah Hujan
Jagung sebagai tanaman daerah tropis dapat tumbuh subur dan memberikan hasil yang tinggi apabila tanaman dan pemeliharaannya dilakukan dengan baik. Pada daerah yang ketinggian sekitar 2200 m di atas permukaan laut (dpl), dengan curah hujan sekitar 600 mm - 1200 mm per tahun yang terdistribusi rata selama musim tanam (Soemadi, et. al, 1990).
Curah hujan ideal sekitar 85-200 mm/bulan dan harus merata. Pada fase pembungaan dan pengisian biji perlu mendapatkan cukup air. Sebaiknya ditanam awal musim hujan atau menjelang musim kemarau. Tanaman jagung membutuhkan sinar matahari, tanaman yang ternaungi pertumbuhannya akan terhambat dan memberikan hasil biji yang tidak optimal.
Suhu
Agar tumbuh dengan baik, tanaman jagung memerlukan temperatur rata-rata antara 14-30 oC, akan tetapi bagi pertumbuhan tanaman yang ideal memerlukan suhu optimum antara 23-27 oC. Pada proses perkecambahan benih jagung memerlukan suhu yang cocok sekitar 30 oC. Panen jagung yang jatuh pada musim kemarau akan lebih baik daripada musim hujan karena berpengaruh terhadap waktu pemasakan biji dan pengeringan hasil (Rubatzky, et al, 1998).
Ketinggian Tempat
Jagung dapat ditanam di Indonesia mulai dari dataran rendah sampai di daerah pegunungan yang memiliki ketinggian antara 1000-1800 m dpl. Daerah dengan ketinggian antara 0-600 mdpl merupakan ketinggian yang optimum bagi pertumbuhan tanaman jagung. Daerah dengan tingkat kemiringan tidak lebih dari 8 %, masih dapat ditanami jagung dengan arah barisan melintang searah kemiringan tanah, dengan maksud mencegah erosi tanah apabila ada hujan (Suprapto, at al, 2005).

2.4. Peranan Jarak Tanam Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Jagung Semi
Jumlah populasi tanaman per hektar merupakan faktor penting untuk mendapatkan hasil maksimal. Produksi maksimal dicapai bila menggunakan jarak tanam yang sesuai. Semakin tinggi tingkat kerapatan suatu pertanaman mengakibatkan semakin tinggi tingkat persaingan antar tanaman dalam hal mendapatkan unsur hara dan cahaya. Untuk mendapatkan jarak tanam yang tepat ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, diantaranya adalah kesuburan tanah dan jenis jagung (Anonimus, 2006).
Kerapatan tanam harus dilakukan melalui pengaturan jarak tanam sehingga tidak terjadi persaingan antar tanaman dan dalam pemeliharaan (Anonimus, 1991). Penambahan jumlah tanaman akan menurunkan hasil karena terjadi kompetisi hara, air, radiasi matahari dan ruang tumbuh. Kerapatan tanaman per satuan luas juga akan mengakibatkan perubahan iklim mikro yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan hasil tanaman (Irfan, 1999).
Guntoro (1999), menyatakan bahwa kerapatan tanaman berpengaruh terhadap diameter batang dan indeks luas daun serta produksi jagung semi (panjang tongkol dan diameter tongkol). Interaksi antara persiapan lahan dan kerapatan tanaman tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman dan produksi jagung semi.
Siagian (2001), menyatakan bahwa jarak tanam antar populasi tanaman per satuan luas berpengaruh terhadap pertumbuhan tinggi maupun jumlah daun tanaman jagung, semakin tinggi populasi tanaman mengakibatkan pertumbuhan vegetatif tanaman juga akan semakin tinggi. Keterbatasan ruang tumbuh dan persaingan penyerapan unsur hara yang tinggi mengakibatkan perkembangan kuncup maupun akar terhambat karena intensitas sinar matahari yang rendah, sehingga jumlah daun per tanaman juga akan berkurang.

2.5. Peranan Varietas Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Jagung Semi

Faktor utama yang menjadi kendala adalah belum tersedianya varietas unggul jagung yang dirancang khusus untuk memproduksi jagung semi. Varietas jagung yang umum digunakan untuk memproduksi jagung semi selama ini, seperti hibrida CPI-1 (Charoen Pokphand Indonesia), merupakan jagung unggul yang dirancang untuk menghasilkan produksi biji (bukan tongkol semi) untuk menunjang pengadaan pakan ternak (Sirait, 1997). Varietas jagung yang dapat dipanen sebagai jagung semi atau baby corn adalah verietas Arjuna Bisi II, selain rasanya manis juga tengahnya tidak bergabus dan berumur pendek.

Hasil penelitian Zamriyetti (2005), mengemukakan bahwa perlakuan varietas berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, panjang tongkol tanpa klobot dan diameter tongkol tanpa klobot, tetapi berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah daun, total luas daun, jumlah tongkol pertanaman, berat tongkol pertanaman, dan berat tongkol per plot tanaman jagung semi. Menurut Sparague (1977), Pada dasarnya varietas jagung digolongkan kedalam dua golongan varietas, yaitu:

  1. Varietas bersari bebas, yang dimaksud dengan varietas bersari bebas adalah varietas yang benihnya dapat dipakai terus-menerus dari setiap pertanaman. Benih yang digunakan tentunya berasal dari tanaman atau tongkol yang mempunyai cirri-ciri dari varietas tersebut.
  2. Varietas hibrida, yang dimaksud dengan jagung varietas hibrida adalah keturunan pertama (F1) dari persilangan antara: varietas x varietas, varietas x galur, atau galur x galur.
    Nugroho et. al, (2000) mengemukakan bahwa terdapat tiga usaha pokok intensifikasi adalah penggunaan varietas unggul (hybrid), populasi tanaman/ha sesuai dan penggunaan yang efisien.

2.6. Pemanfaatan Pupuk Organik
Untuk meningkatkan produksi suatu tanaman diperlukan pemupukan. Pupuk yang ditambahkan dapat berupa pupuk organik atau pupuk anorganik. Sebagian besar petani di Indonesia ternyata masih banyak yang menggunakan pupuk anorganik. Hal ini dikarenakan pada penggunaannya yang praktis dan hasil panen yang memuaskan (Simamora, et. al, 2006).
Sementara ketersediaan pupuk anorganik di pasar, sering menjadi kendala bagi petani. Salah satu penyebabnya adalah pendistribusian yang tidak tepat waktu. Harga bahan baku yang relatif mahal mengakibatkan harga pupuk anorganik juga relatif mahal. Salah satu cara untuk mengatasinya adalah dengan menggunakan pupuk organik (Simamora, et. al, 2006).
Pupuk organik adalah nama kolektif untuk semua jenis bahan organik asal tanaman dan hewan yang dapat dirombak menjadi hara tersedia bagi tanaman. Dalam Peraturan Menteri Pertanian No.2/Pert/Hk.060/2/2006, tentang pupuk organik dan pembenah tanah, dikemukakan bahwa pupuk organik adalah pupuk yang sebagian besar atau seluruhnya terdiri atas bahan organik yang berasal dari tanaman dan atau hewan yang telah melalui proses rekayasa, dapat berbentuk padat atau cair yang digunakan mensuplai bahan organik untuk memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah, (Suriadikarta, 2006)
Penggunaan pupuk organik dapat memberikan beberapa manfaat yaitu menyediakan unsur hara makro dan mikro bagi tanaman, menggemburkan tanah, memperbaiki tekstur dan struktur tanah, meningkatkan porositas, aerasi dan komposisi mikroorganisme tanah, memudahkan pertumbuhan akar tanaman, daya serap air yang lebih lama pada tanah. Pelepasan unsur hara pupuk organik berbeda dengan pupuk kimia, pelepasan unsur hara organik akan semakin baik apabila dibantu dengan aktivitas mikroorganisme (Isnaini, 2006).
Pupuk organik mempunyai beberapa keunggulan, yaitu dapat meningkatkan kandungan bahan organik di dalam tanah, memperbaiki struktur tanah, meningkatkan kapasitas tukar kation tanah, meningkatkan aktivitas kehidupan biologi tanah dan meningkatkan ketersediaan hara di dalam tanah. Pupuk organik mengandung asam humus yang membantu membebaskan unsur-unsur yang terikat, sehingga mudah diserap oleh tanaman. Pupuk organik terdiri pupuk kandang, pupuk hijau, guano, night soil, tepung tulang, tepung ikan dan tepung darah (Hasibuan, 2006).
Hakim, at al. (1986) menyatakan bahwa bahan organik merupakan bahan penting dalam menciptakan kesuburan tanah. Secara garis besar, bahan organik memperbaiki sifat-sifat tanah meliputi sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Bahan organik memperbaiki sifat fisik tanah dengan cara membuat tanah menjadi gembur dan lepas sehingga aerasi menjadi lebih baik serta mudah ditembus perakaran tanaman.
Bahan organik pada tanah yang bertekstur pasir akan meningkatkan pengikatan antar partikel dan meningkatkan kapasitas mengikat air. Sifat kimia tanah diperbaiki dengan meningkatnya kapasitas tukar kation dan ketersediaan hara, sedangkan pengaruh bahan organik pada biologi tanah adalah menambah energi yang diperlukan kehidupan mikroorganisme tanah (Sutanto 2002).
Murbandono (1990), menyatakan bahwa pemupukan dimaksudkan untuk mengganti kehilangan unsur hara pada media atau tanah dan merupakan salah satu usaha yang penting untuk meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman. Pupuk yang sudah dikenal ada 2 jenis yaitu pupuk organik dan pupuk anorganik. Pupuk anorganik adalah pupuk sintetis yang dibuat oleh industri atau pabrik, sedangkan pupuk organik adalah yang berasal dari bahan-bahan alam yaitu sisa-sisa tumbuhan atau sisa-sisa hewan.
Pupuk organik yang berkembang sekarang ini adalah pupuk OST (Organic Soil Treatment). Pupuk OST ini merupakan suatu produk organik (alamiah) yang kini memasuki pasaran dunia dan merupakan alternatif pengganti penggunaan pupuk anorganik (buatan). Untuk tanaman jagung dosis pupuk OST yang dianjurkan adalah 1 - 2 gr per polybag.
Salah satu pupuk organik yang dapat digunakan adalah pupuk kandang ayam yang berdasarkan hasil penlitian dapat meningkatkan pertumbuhan berbagai tanaman karena kandungan unsur hara yang relatif lebih tinggi dibandingkan pupuk kandang lainnya. Zamriyetti (2005), menyatakan bahwa Perlakuan pupuk kandang ayam berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, total luas daun, berat tongkol pertanaman dan berat tongkol per plot, tetapi berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah daun, panjang tongkol tanpa klobot, diameter tongkol tanpa klobot dan jumlah tongkol pertanaman jagung semi.
Menurut Leiwakabessy (1988), pupuk kandang ayam dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman karena sebagai bahan organik dapat mempengaruhi kesuburan tanah. Tanah yang subur akan mendorong pertumbuhan tanaman yang lebih bagus, karena tanaman memperoleh unsur hara yang cukup dari dalam tanah.