Contoh perbandingan yang sangat cocok dan kekinian di jagad politik Aceh @lontuanisme dua-duanya juga petahana ke DPD, kita lihat nanti apakah "pelawak" yang akan muncul kembali ataukah "master ilmu politik" dari kampus bergengsi itu. Hawa tabaca tulesan lagee nyoe bak media mainstrem, bukan di media sosial.
You are viewing a single comment's thread from:
Dalam perjalanannya, untuk konteks dua DPD itu, yang membedakan adalah tampak ketulusan dalam bentuk real. Kata tampak sengaja saya pakai, sebagi ruang kendali, bahwa segala ketulusan pun ada selah politisnya. Tetapi itu tak jadi soal, mendapatkan apresiasi dan panggung setelah berbuat itu keniscayaan. Apalagi politisi. Memahami politisi baiknya memang dalam koridor politisi itu sendiri.
Pelawak itu ada ketulusan terhadap awak nyoe di Malaya. Pintarnya, ia mengambil ruang yang sama sekali tidak dilirik orang. Bagi banyak politisi lainnya, menganggap urusan Malaya (barangkali) tidak seksi. Di saat yang sama, bersama staf pribadinya yang juga bagian dari cruw film eumpang breuh, menggarap itu.
Sedangkan yang satunya lagi, konon kabarnya, memiliki konsultan politik kaliber ibu kota. Tapi entah mengapa, branding-nya banyak mentalnya. Kita paham, bahwa hal-hal lucu baik ucapan maupun program juga bagian dari marketing. Tetapi masyarakat juga gak lagi bodoh (amat). Akar rumput tahu, bahwa kantor PBB bukanlah toko kuliner yang mudah buka cabang. Hehe
Terkait tulisan di media mainstream, akhir-akhir ini sudah jarang nulis opini dan esai. Insyaallah, nanti akan ditulis kembali. Btw, terima kasih banyak bang.