Penulis sedang menandatangani petisi dukungan pengurangan penggunaan kantong plastik di Lapangan Blang Padang, Banda Aceh.
Teknologi digital membuat aspek pendidikan, kebudayaan, dan sosial mengalami transformasi. Siswa sekolah yang dulu hanya memperoleh informasi dari buku sekarang bisa mendapatkannya tanpa batas melalui internet. Obrolan bersama teman sudah dapat menggunakan aplikasi WhatsApp, misalnya. Kegiatan jual beli sudah berbasiskan online. Transformasi tersebut akan terus terjadi tanpa mampu dihentikan.
Seiring perkembangan teknologi kemudian lahir beragam sosial media, seperti facebook, instagram, twitter, dan sebagainya, yang mampu menghubungkan penduduk di berbagai belahan bumi dengan sangat murah dan cepat.
Berdasarkan hasil survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada 2017, jumlah pengguna internet di Indonesia mencapai 143,26 juta jiwa dari 262 juta jiwa jumlah penduduk. Angka tersebut mengalami peningkatan dibandingkan jumlah pengguna internet pada 2016 yang mencapai 132,7 juta jiwa. Layanan internet paling banyak diakses adalah untuk chatting (89,3%), kemudian disusul sosial media (87,13%).
Besarnya jumlah pengguna internet ataupun sosial media harus dapat dilihat dari sudut pandang positif. Masyarakat lebih mudah memperoleh informasi dan terbukanya peluang usaha, serta kemudahan membangun relasi dan komunitas.
Kampanye lingkungan
Dengan segala kelebihannya, teknologi digital bisa dimanfaatkan untuk mengampanyekan kelestarian lingkungan yang kini telah menjadi isu global. Di Indonesia khususnya, lingkungan hidup semakin terancam oleh ulah manusia yang merusak, terutama hutan. Akibatnya, timbul beragam bencana alam seperti banjir, tanah longsor, pemanasan global, dan sebagainya.
Sebagai umat Islam kita diajarkan untuk merawat lingkungan. Manusialah yang merasakan manfaat lingkungan lestari maupun merasakan dampak negatif ketika lingkungan rusak. Allah berfirman dalam surat Ar-Rum ayat 41, “Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).”
Di Aceh, berdasarkan peta bencana Aceh pada 2017 yang dirilis oleh Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Aceh, total bencana Aceh sebanyak 120 kali dengan kerugian mencapai Rp 1,5 triliun dan 62.487 korban jiwa. Banjir menduduki ranking pertama bencana terbanyak terjadi dan paling merugikan yakni 38 kali dan Rp 219,6 miliar. Sementara jenis bencana paling sedikit terjadi adalah kebakaran, hanya 2 kali dengan kerugian 46,3 miliar.
Peran Milenial
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), milenial merupakan generasi yang lahir antara 1980-an dan 2000-an. Generasi yang sering disebut juga sebagai generasi Y ini tidak dapat terlepas dari teknologi. Umur milenial sekarang berkisar 17-37 pada tahun ini. Dibandingkan generasi yang lahir di bawah 1980-an, milenial lebih mudah beradaptasi dengan perkembangan teknologi dibandingkan generasi sebelumnya (generasi X).
Milenial menduduki peringkat pertama komposisi pengguna internet berdasarkan usia, yakni 49,52%. Milenial memiliki kemampuan untuk mencari, menghimpun informasi yang dibutuhkan dari internet secara cepat. Proses belajar milenial sangat mudah karena segala informasi berada pada ujung jarinya.
Milenial kritis terhadap fenomena sosial, suka memposting sesuatu di sosial media, dan suka berbagi meskipun itu hal kecil. Oleh karenanya, milenial dapat mengambil peran strategis menyukseskan kampanye menjaga lingkungan dengan membentuk komunitas maya yang memiliki tujuan sama. Kampanye di media sosial bisa dilaksanakan kapanpun, di manapun, serta bisa berkolaborasi dengan lintas komunitas dunia.
Milenial bisa menciptakan konten berupa karya tulis, video, dan fotografi, yang memuat pesan-pesan moral menjaga lingkungan. Konten tersebut kemudian disebarkan menggunakan sosial media secara masif. Kampanye melalui karya kreatifitas cukup efektif karena lebih mudah diserap dan dipahami publik.
Pesan-pesan konten tersebut berupakan ajakan kepada masyarakat menjaga lingkungan sekitarnya terlebih dahulu. Apabila setiap keluarga merawat lingkungan rumahnya maka sebuah wilayah luas sekalipun nampak indah. Hal lainnya adalah dengan mengajak masyarakat membuang sampah pada tempat dan menggunakan produk daur ulang, menghindari pembalakan liar, menanam pepohonan, menerapkan sistem tebang pilih, dan sebagainya.
Kampanye seperti itu diharapkan mampu menciptakan opini publik bahwa kelestarian lingkungan merupakan tanggung jawab bersama. Potensi keberhasilan kampanye oleh milenial cukup besar karena cenderung memiliki kreatifitas lebih baik.
Congratulations @furqanzedef! You have completed the following achievement on the Steem blockchain and have been rewarded with new badge(s) :
Click here to view your Board of Honor
If you no longer want to receive notifications, reply to this comment with the word
STOP
Do not miss the last post from @steemitboard:
Congratulations @furqanzedef! You received a personal award!
Click here to view your Board
Congratulations @furqanzedef! You received a personal award!
You can view your badges on your Steem Board and compare to others on the Steem Ranking
Vote for @Steemitboard as a witness to get one more award and increased upvotes!