Bagi saya Desa Neubok Badeuk sesuatu bangetz. Betapa tidak. Bukan hanya karena panorama alamnya yang indah. Lebih dari itu. Disinilah kakek saya syahid ketika perang DI berkecamuk. Saya tidak begitj tau kapan tepatnya kakek saya syahid. Yang saya tau kakek saya syahid bersama dua oranh teman seperjuangannya.
Saat itu, sampai informasi pada kakek dan kedua teman yang bersamanya. Bahwa kondisi sudah aman. Mendapat informasi kondisi sudah aman. Maka mereka bertiga turun gunung. Saat tiba di desa Neubok Badeuk ternyata TNI sudah siaga menunggu mereka bertiga di kaki gunung tersebut. Begitu posisi mereka berada di kaki gunung itulah ketiganya ditembak oleh TNI.
Jasad ketiganya dibiarkan tergeletak disitu, yang menurut perkiraan saya saat itu masih hutan belantara. Namun kini sudah jadi persawahan warga. Setelah TNI meninggalkan lokasi, warga berdatangan dan mengebumikan kakek saya yang sudah syahit, begitu juga dengan dua temannya. Dikebumikan dalam satu liang. Setelah fardhu kifayah itu selesai dilaksanakan. Warga Neubok Badeuk mengirim kabar pada nenek saya perilhal syahidnya tiga pejuang.
Itu sekelumit informasi yang saya tau. Selebih dari itu anak-anak dari kakek saya, salah satunya adalah orang tua saya selalu menyempatkan diri berziarah ke pusara pejuang DI yang tidak lain adalah ayahnya. Bukan hanya orang tua saya saja yang berziarah ke kuburan kakek. Tapi juga ketiga abang dan kakaknya selalu menyempatkan diri berziarah.
Kebiasaan dari orang tua saya juga abang dan kakak dari orang tua saya kini masih terus kami lakukan. Kami merupakan cucu yang bila hari raya tiba selalu kompak datang ke desa paling ujung di sebelah barat kecamatan Tangse. Dan kesempatan itu selalu menjadi momen berkumpulnya keluarga besar dari seorang pejuang.
Cicit-cicitnya pun ikut ambil bagian dalam setiap kali kami berziarah. Mereka lebih pada memanfaatkan kesempatan untuk bisa menikmati sejuknya air sungai Neubok Badeuk. Kebetulan sekali posisi kuburan kakek tidak jauh dari irigasi Neubok Badeuk. Inilah yang selalu menjadi momen yang ditunggu-tunggu oleh anak-anak.
Airnya jernih dan sudah pasti bersih. Karena inilah desa pertama yang dilalui oleh sungai ini. Air dari pegunungan Neubok Badeuk, dan warga disinilah yang pertama memanfaatkan air sungai ini. Sudah pasti airnya belum ada pencemaran. Lihat saja bagaimana beningnya air itu.
Anak-anak yang ikut dalam rombongan berziarah, memanfaatkan kesempatan untuk mandi di aliran pertama anak sungai. Anak sungai yang di airi dari irigasi sungai besar ini akan mengairi sejumlah persawahan dalam kecamatan tangse. Terlihat anak-anak sangat bahagia menikmati segarnya air yang merupakan hulu anak sungai.
Warga di sini juga biasa menggunakan air ini untuk mandi dan mencuci. Selain itu juga terdapat sejumlah wc cemplung disepanjang aliran anak sungai ini. Tapi air yang anak-anak sedang mandi itu adalah meruoakan air yang tidak ada wc di aliran sebelumnya.
Neubok Badeuk kami akan kembali lagi ke sini. Kembali untuk berziarah ke kuburan sang pejuang DI/TII. Juga kembali untuk membahagiakan anak-anak kami yang merupakan cicit-cicitnya Pejuang.