PENDAFTARAN calon presiden dan calon wakil presiden untuk Pemilu 2019 telah memasuki hari ketiga sejak dibuka 4 Agustus lalu. Namun, hingga sore ini belum ada kandidat yang mendaftar ke Komisi Pemilihan Umum (KPU)—sebuah badan penyelenggaran pemilihan.
Namun jauh hari sebelum tahapan pemilu bergema di seantero Indonesia, pemilu kali ini akan diikuti oleh dua calon, sama seperti Pemilu 2014. Di mana waktu itu, calonnya adalah Joko Widodo-Jusuf Kalla dan Prabowo Subianto-Hatta Radjasa. Jokowi-Kalla meraih 53,15 persen suara dan Prabowo-Hatta meraih 46,85 persen suara.
Nah, menurut manufer peta politik, Pemilu 2019 akan diikuti oleh dua calon juga. Dua calon itu masih berasal dari dua blok yang sama dari Pemilu 2014.
Pemilu 2014
Pemilu 2014, blok Jokowi dinamakan “Koalisi Indonesia Hebat (KIH)” yang didirikan oleh koalisi empat partai, yaitu PDIP, PKB, Nasdem, Hanura, dan PKPI.
Sedangkan blok Prabowo dinamakan “Koalisi Merah Putih (KMP)” terdiri dari enam partai, yaitu Gerindra, PAN, PPP, PKS, PBB, dan Golkar. Belakangan Perindo masuk tahun 2015 dan keluar lagi tahun 2017.
Seiring berjalan waktu tiga partai keluar dari blok Prabowo dan bergabung dengan pemerintahan Jokowi, mereka adalah PPP keluar pada Oktober 2014, PAN pada September 2015, dan Golkar pada Januari 2016. Sedangkan Demokrat adalah partai netral waktu itu alias tidak masuk ke koalisi manapun.
Sementara perolehan kursi dan suara di parlemen sebagai dasar presidential threshold (perolehan kursi minimal 20 persen atau memperoleh suara nasional minimal 25 persen baru bisa mengusul satu kandidat calon) untuk Pemilu 2019 sebagai berikut:
- PDIP: 109 (19,4%) kursi dari 23.681.471 (18,95%) suara;
- Golkar: 91 kursi (16,2%) dari 18.432.312 (14,75%) suara;
- Gerindra: 73 (13%) kursi 14.760.371 (11,81%) suara;
- Demokrat: 61 (10,9) kursi 12.728.913 (10,19%) suara;
- PAN: 49 (8,5%) kursi dari 9.481.621 (7,59%) suara;
- PKB: 47 (8,4%) kursi dari 11.298.957 (9,04%)suara;
- PKS: 40 (7,1%) kursi dari 8.480.204 (6,79%) suara;
- PPP: 39 (7%) kursi dari 8.157.488 (6,53%) suara;
- Nasdem: 35 (6,4%) kursi dari 8.402.812 (6,72%) suara;
- Hanura: 16 (2,9%) kursi dari 6.579.498 (5,26%) suara
- PBB: 0 kursi dari 1.825.750 (1,46%);
- PKPI: 0 kursi dari 1.143.094 (0,91%).
Joko Widodo dan Prabowo Subianto
Pemilu 2019
Dari hasil perolehan jumlah kursi dan jumlah suara di atas, maka untuk Pemilu 2019 maksimal bisa muncul 4 calon presiden/wakil presiden. Namun hingga sore ini waktu Indonesia barat, belum ada satu pasangan calonpun mendaftar ke KPU. Mungkin ini sebuah strategi politik.
Namun daripada itu, menurut penuturan sejumlah tokoh, statemen petinggi partai politik, lembaga survei, pemberitaan media massa hingga percakapan di warung kopi, calon kuat yang akan mendaftarkan sebagai presiden adalah Joko Widodo (incumbent) dan Prabowo Subianto. Keduanya adalah calon presiden pada Pemilu 2014.
Nah, dari blok Joko Widodo, partai politik pendukungnya sedikit berbeda dari Pemilu 2014. Kalau pada 2014, melalui “Koalisi Indonesia Hebat” Joko Widodo didukung koalisi 4 partai (PDIP, PKB, Nasdem, Hanura, dan PKPI), kini menjadi 6 setelah masuk PPP dan Golkar. Dari 6 partai itu jumlah kursi menjadi 60,30 persen atau jumlah suara sebanyak 61,25 persen.
Sementara dari blok Prabowo tersisa 4 partai yaitu Gerindra, PKS, PAN, dan PBB. Belakangan menjelang pendaftaran masuk partai Demokrat, dan akhirnya menjadi 5 partai. Dari 5 partai koalisi ini jumlah kursi sebanyak 39,50 persen atau jumlah suara sebanyak 36,38 persen.
Ini belum termasuk partai-partai nonkursi (PKPI dan PBB) atau partai baru berdiri. Namun sinyalnya, PKPI merapat ke Joko Widodo dan PBB merapat ke Prabowo. Sementara partai baru Partai Perindo dan PSI merapat ke Joko Widodo dan Partai Bekarya dan Garuda disinyalir merapat ke Prabowo. Peta-peta dukungan ini bisa saja berubah.
Wapres
Dari dua calon presiden ini (Jokowi dan Prabowo), belum satupun menyatakan sosok pendampingnya secara terang benderang kepada publik. Mungkin saja hingga hari ini di tingkat partai koalisi sendiri belum putus siapa calon wakil presiden masing-masing capres. Penentuan wakil presiden ini alot, karena semua partai menginginkan posisi Indonesia 2 itu.
Dari blok Joko Widodo bermunculan nama-nama tokoh yang akan mendampinginya. Sebut saja empat tokoh di bawah ini:
- Airlangga Hartato (Ketua Umum Partai Golkar);
- Muhaimin Iskandar (Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa);
- Muhammad Mahfud MD (politisi, akademisi);
- Muhammad Zainuddin Majdi (Gubernur Nusa Tenggara Barat, tokoh agama).
Dari blok Prabowo juga tidak kalah menarik nama-nama tokoh yang muncul. Sebut saja empat tokoh di bawah ini:
- (Ustadz) Abdul Somad (pendakwah kondang, akademisi);
- Agus Harimurti Yudhoyono (politisi Demokrat, pensiunan TNI);
- Anis Baswedan (Gubernur Jakarta, akademisi);
- Salim Segaf Al-Jufri (Ketua Majelis Syuro PKS).
Sebuah analisa politik yang tuntas, semoga siapapun yang mencalonkan diri dan akhirnya terpilih bisa lebih baik dari yang sedang memimpin saat ini
Jazakumullah Khairan katsira..
Pemimpin bangsa yang baik akan lahir dari pemilih yang cerdas