Melawan Ketakutan

in #indonesia7 years ago (edited)

image

Dalam hidup ini, ada hal-hal yang membuat kita kerapkali merasa takut (Phobia). Ketakutan itupun tumbuh dan berkembang seiring waktu. Tak ada manusia yang dalam hidupnya tak pernah merasakan takut pada apapun. Karena di dunia nyata (Bukan di film-film) semua manusia memiliki kelemahan-kelemahan. Yang membuat ketakutan seolah tak ada, atau tak terlihat ke permukaan adalah kemampuan menyembunyikannya, mengelola ketakutan hingga kemampuan melawannya.

Tak ada manusia super seperti Ramboo, atau manusia mahatangguh lainnya yang sering digambarkan film-film Hollywood. Sekuat-kuatnya, sesangar-sangarnya manusia pasti ia menyimpan ketakutan dalam dirinya. Sekalipun manusia sekejam Kim Jong Un, Presiden Korea Utara itu. Jangan-jangan pria sipit yang doyan menghukum mati orang ini takut pada Kecoa, atau sosok se sangar Limbad, takut pada jarum suntik. Jangan-jangan.

Kalaupun kalian merasa "Aku tak takut pada apapun," mengaku lah bahwa sebenarnya kalian sempat takut akan mendapat vote rendah saat bergabung di steemit. Iyakan? Kalian juga dibayangi ketakutan akan mampu bertahan atau tidak di media tulis-menulis dan berorientasi dollar ini. Saya doakan semoga kita semua tak takut mendapat vote rendah dan bisa bertahan.

Kita memang kerapkali merasa takut berlebihan pada sesuatu. Rasa takut itupun seiring waktu ada yang berangsur hilang dan ada pula yang malah semakin parah, tergantung bagaimana mengelolanya, atau berhasil tidaknya melawan ketakutan itu. Rasa takut memang manusiawi asal kadarnya belum aneh-aneh dan menganggu kenyamanan diri dan orang lain.

Ada bermacam ketakutan yang sering kita jumpai. Takut pada hewan reptil sejenis ular, buaya, biawak, bahkan sampai takut melihat darah, jarum suntik, kecoa. Yang lebih sering lagi adalah takut pada hal-hal berbau mistik alias horor. Semisal takut pada makhluk halus Genderuwo, Pocong, Kuntilanak, Suster Ngesot, Vampir. Ini sebenarnya sudah bisa dibikin beberapa judul film horor.

Ada ketakutan yang levelnya masih logis alias rasional dan ada pula ketakutan yang irrasional. Ketakutan rasional masih kategori biasa-biasa saja alias lumrah sedangkan irrasional ini sudah kategori agak lain dan tak terduga.

Misal:

Kamu takut menghadapi ujian dan presentasi, lalu kamu memutuskan tak masuk kelas.
Kamu takut uangmu cepat habis dan jatuh miskin, maka uang receh 500 rupiah pun tak akan sudi kamu sedekahkan kepada pengemis.
Kamu takut temanmu menyaingimu, maka kamu tak akan berbagi ilmu dengannya.
Kamu takut dan gelisah bila orang lain semakin sukses, maka kamu mencari cara menjatuhkannya.
Kamu takut menyatakan perasaanmu pada seorang perempuan padahal kamu ingin meminangnya.
Kamu takut berbicara di depan umum, karena takut akan diledekin dan dipermalukan.
Kamu takut ditanya "Kapan Kawin"? "Kapan Wisuda?"

Sebenarnya terlalu banyak ketakutan-ketakutan irrasional dalam hidup ini. Jika dipelihara akan berdampak tak baik. Phobia berlebihan biasanya akan berefek pada kondisi fisik misal keringat dingin, mual, muntah, dan sebagainya.

Sewaktu masih duduk di bangku Sekolah Dasar, saya selalu phobia pada Matematika. Setiap kali melihat roster pelajaran di malam hari dimana besoknya akan ada pelajaran satu itu, malam itu juga saya langsung menjadi gelisah. Ketika mata pelajaran matematika berlangsung di kelas pun, saya kerap berkeringat dingin dan seperti tidak enak perut.

Syukurnya, phobia itu sekarang sudah sirna karena saya sudah sadar bahwa matematika hanyalah pelajaran. Tak perlu takut berlebih pada pelajaran yang mengandalkan otak kiri itu. Toh, saya masih memiliki otak kanan yang masih berfungsi lebih baik. Tak bisa matematika, bukan berarti kita tolol.

Ada lagi ketakutan lain saya, yaitu takut pada kegelapan. Saat tidur saya tak bisa tidur dengan lampu yang dimatikan. Bila tidur dalam kondisi gelap, maka pikiran saya tak tenang dan gelisah. Tapi sejak saya tahu betapa bahayanya bagi keesehatan jika tidur dalam keadaan terang, maka pelan-pelan saya memberanikan mematikan lampu ketika tidur.

Dan satu lagi, sebenarnya saya juga penderita tryphophobia. Tapi bagi anda yang belum tahu phobia jenis apa itu, baiknya jangan di-googling. Karena bisa jadi setelah melihat itu anda juga bagian dari salah satu penderitanya. Tapi pelan-pelan saya juga berusaha melawan ketakutan ini.

Saya kini menyadari bahwa perasaan takut, hanyalah sugesti (perasaan saja) atau bisa jadi karena ada trauma dengan sesuatu sehingga menjadi takut. Seperti orang yang takut mendengar suara mercon karena trauma pada suara letupan senjata karena sering mendengarnya saat masa konflik dulu. Walau trauma cukup berpengaruh, tapi saya meyakini bahwa ketakutan bukanlah sesuatu yang bersifat genetik, jadi sebisa mungkin harus dilawan.

Jika anda kategori orang-orang yang memiliki banyak ketakutan misal takut pada ketinggian, takut kedalaman, takut kegelapan, takut keramaian (demam panggung) dan sebagainya. Sebenarnya hal itu bisa dilawan, asal sungguh-sungguh untuk melawannya. Bisa jadi untuk ketakutan yang ekstrim dibutuhkan terapi khusus dari psikolog atau awak medis. Tapi percayalah, membiarkan diri dalam perasaan takut yang dipelihara terus-menerus itu sungguh tidak asik dan tidak baik. Bukankah hidup ini akan lebih indah bila tak ada ketakutan apapun?

Sekarang coba sebutkan apa saja phobia yang anda miliki, apakah anda berniat melawannya?

Sort:  

Takut dipenjara; masa lalu. Hehe

Masa lalu, masa untuk berguru. Berguru pada pengalaman-pengalaman pahit. Dan pengalaman pahit itulah yang kemudian membuat hidup ini menjadi tak lagi sekadar hidup. Terimakasih sudah singgah, bang @lontuaisme

Sama-sama. Saling singgah itu baik. Well, situ kapan ada waktu singgah di tempat kami? Haha