“Woiii, Steemit itu bukan nama orang. Itu web media sosial. Dasar manusia,” serapah Robot berwajah besi tanpa ekspresi.
“Robot, dari mana kau tau?,” tanya Nuil enggan percaya.
“Yailah, masih keras kepala juga ni manusia,” Robot mulai kesal.
“Ya sudah, aku percaya,” Nuil pasrah aja. “Tapi...,” belum kelar Nuil bicara, bogem besi milik si Robot mendarat telak di jidat Nuil. Dan Nuil pun terbangun lepas tengah malam itu.
Tangan Nuil spontan meraba jidatnya sesaat setelah sadar. “Mimpi kayak gini pasti bukan bunga tidur,” gumam Nuil sendiri di remang cahaya lampu kamar. Nuil pikir ia lebih baik melanjutkan tidur.
“Dasar Robot gak tau sopan santun. Orang lagi tidur pun diganggu,” Nuil sambung gumam beriring badannya menyentuh kasur. Perlahan mata Nuil dipejam. Ia tarik lagi selimut. Dan;
“Grooo, grooo, grooo,” gema dengkuran Nuil mengagetkan si Robot yang sedang sibuk bekerja di alam mimpi.
“Apalagi ni anak. Tidur kok kayak main mobil-mobilan, bawa traktor pula dia,” Robot kesal kedua kalinya.
“Woi bangun!, Woi bangun!,” teriak Robot di telinga Nuil.
Dalam mimpi Nuil terjaga, “Apalagi sih, gak bisa tenang apa?,” Nuil berkeras.
“*Itu suara dengkur mu yang lebih dulu ganggu kerjaku,” bantah Robot tak terima dituduh pengganggu.
“Jadi gimana sekarang dan selanjutnya?, temanan atau musuhan?,” tantang Robot.
“Padahal aku hanya ingin kau tahu saja kalau Steemit itu cocok buat orang seperti kau. Tolol,” sambung Robot.
“Oya...ya sudah kita temenan saja. Terus apa alasannya kalau Steemit pantas buat ku?,” Nuil balik tanya setelah menyatakan mereka temanan.
“Karena kau suka cari teman dan Steemit juga suka temenan. Makanya pastas kau di Steemit. Jelas sekarang?,” bentak Robot mendekat ke wajah Nuil.
“Cuma itu saja?,” Nuil tidak terima.
“Kau coba saja, nanti baru kau tau nikmatnya lebih dari nikmat bersenggama,” jawab Robot membuat Nuil penasaran. Nuil terjaga lagi. Kata Steemit yang disampaikan Robot di alam mimpi masih terekam dan terus terngiang-ngiang. Dampaknya semalam suntuk Nuil tidak tidur dan berharap pagi datang lebih cepat.
Ini tidak biasa bagi Nuil. Pukul 7:30 WIB sudah di meja warung kopi. Wajah gelisah tak mampu disembunyikan karena berkali-kali gagal menghubungi temannya. Ia tekan lagi tombol smartphone, masih tetap gagal. Sepertinya ia belum putus asa. Ia masih menunggu, tatapan Nuil kosong. Hingga ia tak sadar Wiwin sudah di depan mata.
“Dah lama?,” tanya Win buyarkan renungan Nuil.
“Aduh,” keluh Nuil kesal sudah menunggu lama.
“Ada masalah serius ya,” Wiwin ingin tahu segera.
“Sudah lebih enam jam kutahan dan segera harus ku keluarkan,” jawab Nuil.
“Kalau mencret masalahnya, ya kau minum oralit aja. Selesai,” Wiwin coba beri saran.
“Bukan, bukan mencret. Tapi mimpi,” jelas Nuil megap-megap.
“Aku gak tau tafsir mimpi terkait orang mencret,” Wiwin coba jujur.
“Aaaah, kok jadi ribet gini. Maksudku aku semalam mimpi bertemu Robot,” terang Nuil.
“Keren Robotnya?,” balas Wiwin.
“Soal keren apa nggak itu nanti. Dari semua isi mimpi, yang aku ingat cuma kata Steemit,”. Wajah Nuil kali ini serius. “Trus katanya aku cocok main Steemit. Itu pertanda apa?,” tanya Nuil ke Wiwin yang serius menyimak.
“Telat kamu Nuil,” ejek Wiwin sinis.
“Lho, emangnya kita hendak pergi kemana?,” tanya Nuil heran.
“Bukan telat mau kemana, tapi kau telat tahu kalau Steemit itu memang sudah mendunia,” ulas Wiwin berlagak sok tau. Sambungnya, “Itu web media sosial yang banyak orang kata sebagai pengganti Facebook,” gitu.
“Lantas apa hebatnya makhkuk Ssteemit itu,” tantang Nuil.
“Alaah...dah kau gak percaya, banyak kali tanya pun. Coba aja sendiri,” Wiwin sekesal si Robot dalam mimpi Nuil.
Wiwin bangkit. Kopi di gelas buru-buru ditenggaknya. Tinggal lah Nuil yang masih bimbang dan ditinggal pergi oleh teman wanitanya. Secarik kertas sengaja Wiwin lempar di meja, dan berharap di buka dan dibaca Nuil. Benar harapan Wiwin terkabul. Dalam keadaan setengah bingung Nuil meraih carik kertas. Segera ia buka lipatan dan membaca. "Kita harus putus!. Karena Abang Nuil gak ada akun Steemit. Maafkan Wiwin”.
Salam-salaman...
@pieasant