Budaya Arab? Islam? Sorban atau Cadar?
Kalau Steemian membicarakan segala sesuatu yang berbau Arab hal pertama yang akan terlintas di benak Steemian mungkin tentang Islam, atau sorban, atau tentang cadar.
Postingan saya kali ini merupakan resume dari presentasi yang dipaparkan oleh mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Teuku Umar dalam kuliah Komunikasi Antarbudaya mengenai “budaya Arab”.
Semua orang tau bahwa Arab identik dengan Islam. Bahasa Arab juga disebut bahasa Al-quran. Namun untuk menyamakan pendapat kita tentang bahasa yang digunakan di dalam Al-quran, baiknya kita harus bisa membedakan bahasa Arab yang diakui sebagai Bahasa Bangsa Arab dan Bahasa Arab yang digunakan di dalam Al-qur’an. Bahasa Arab yang digunakan di dalam merupakan bahasa Arab yang bernilai sastra tinggi. Jadi apabila ada bahasa Arab yang dijadikan sebagai hiasan, cetakan, atau ornamen tertentu, hal tersebut belum tentu bahasa Al-qur’an.
Dulu pernah terjadi kontroversi pakaian panggung Agnes Monica atau yang sekarang dikenal sebagai Agnes Mo telah melecehkan agama Islam. Padahal itu hanya tulisan Arab biasa dan bukan bahasa Arab di dalam Al-qur’an.
Prolog di atas mengawali pertentangan pemahaman kita tentang Arab dan Islam. Bangsa Arab mempunyai kebudayaan yang berbeda dengan bangsa lainnya. Dari segi pakaian, orang Arab sering menggunakan gamis baik laki-laki maupun wanita. Gamis orang Arab Laki-laki disebut dengan thawb sedangkan wanita abaya. Thawb Warna putih biasanya digunakan pada musim panas, sedangkan Thawb berwarna gelap seperti hitam, coklat tua, biru dongker dipakai pada musim dingin.
Orang Arab mengenal budaya basa-basi atau sering mereka sebut dengan budaya Mujamalah. Budaya ini termasuk ke dalam High Context Culture dimana bahasa yang menggunakan bahasa yang lebih high dan tidak to the point. Orang Arab ketika ingin meminjam uang atau meminta bantuan kepada kerabatnya, maka mereka akan bertamu ke rumah kerabat mereka, hal-hal yang dibahas selama bertamu hanyalah hal-hal biasa sebagai bentuk silaturrahmi. Namun keinginan utama (misalkan seperti meminjam uang atau meminta bantuan) akan diungkapkan ketika ingin pamit pulang.
Selain suka berbasa-basi, orang Arab juga dikenal dengan orang yang ketika berbicara dengan nada keras. Kerasnya suara orang Arab ketika berkomunikasi bukan menandakan bahwa mereka marah atau mengekspresikan kekecewaan, namun nada keras ketika berkomunikasi dengan orang lain merupakan kebiasaan mereka untuk mengungkapkan rasa suka, tulus dan kasih sayang mereka. Nada keras tersebut juga bisa dimaknai untuk menegaskan kekuatan mereka. Apabila keputusan sudah diambil dan ada penegasan, maka untuk menyela keputusan tersebut akan sukar terjadi.
Hal yang unik terjadi apabila orang Arab bertemu keluarga, sahabat, dan teman dekat mereka. Mereka akan mencium pipi dengan bibir mereka (cipika-cipiki) keteka bersua. Hal ini juga terjadi bagi orang Arab laki-laki yang bertemu dengan kerabat laki-laki mereka. “cipika-cipiki” sesama lelaki ketika bertemu di Arab merupakan hal yang wajar, namun bergandengan tangan dengan teman lelaki itu bisa disebut Aib dan apabila dengan sesama lelaki bisa disebut LGBT. Dan bangsa Arab sangat keras terhadap perihal ini. LGBT bisa dihukum dengan hukuman yang berat apabila terbukti bersalah.
Walau terkenal keras dengan hukum yang keras. Bangsa Arab sangat menjaga wanita. Wanita bagi orang Arab merupakan privasi dan harus dijaga. Mereka tidak boleh keluar rumah bila tidak ditemani mahramnya. Bahkan ada pelarangan mengendarai kendaraan bagi wanita. Namun tahun lalu Raja Salman bin Abdulaziz al Saud telah mengeluarkan sebuah keputusan yang akan mulai berlaku pada Juni 2018 mengenai perizinan penerbitan lisensi pengemudi untuk wanita di kerajaan.
Postingan yang berkualitas, patut di upvote
terima kasih.