Apalagi yang bisa terucap?
Kata-kata sudah terperangkap,
Oleh kesia-siaan,
dan penindasan
Kita lihat,
Kemiskinan telah menjadi tontonan,
Bagi setiap pembeli tiket-tiket sampah asing
Kemiskinan telah menjadi pertunjukan sandiwara,
Bagi para cukong, penguasa ,raja-raja
Kita tahu,
Kemiskinan adalah ringkikan yang terhampar,
Kemiskinan adalah rute-rute menuju penderitaan
Kemiskinan adalah silabus-silabus yang harus diperhitungkan !
Miskin !
Miskin harta,
Miskin batin,
Miskin hati!
Lihatlah,
Jutaan kemiskinan tersebar di berbagai penjuru,
Di persimpangan, trotoar,halte dan rumah-rumah bordil
Ketika kemiskinan telah benar-benar
Menjadi tontonan,
Menjadi ledekan
Menjadi bahan tertawaan.
Tampak dari kejauhan, untaian kata bergema :
“wahai penguasa, baiknya kita mati bersama”
(2016)
What else can be spoken?
Words are trapped,
By futility,
and oppression
We'll see,
Poverty has become a spectacle,
For every buyer of foreign junk tickets
Poverty has become a show,
For the cukong, the ruler, the kings
We know,
Poverty is a braying,
Poverty is the route to suffering
Poverty is the syllabus to be reckoned with!
Poor!
Poor treasure,
Poor inner,
Poor hearts!
Look,
Millions of poverty are scattered in various directions,
At the intersection, sidewalks, bus stops and brothels
When poverty has really
Being a spectacle,
Became a bully
Become a laughing stock.
Visible from a distance, the word string resounds:
"O ruler, good we die together"
(2016)
Let's pray for them. @sajakaditya your poetry touch my heart deeply.
Perubahan ... semoga terlaksana.
Semoga . terima kasih