#GORESAN YANG TERSIMPAN

in #indonesia6 years ago

2503077_L.jpg

Sumber

Bumi Illahi, ketika malam menjemput mimpi.

Dear impian.

Kamu tahu? Aku selalu memanggilmu ‘impian’. Mungkin jika dulu kau sempat dengar, hanya cibiran dan dinginmu yang datang. Tidak mengapa, karena sikap bekumu itu yang membuat debaran dalam jantungku. Sampai hari ini, hampir 30 tahun kita tidak bertemu. Entahlah, apakah ini sesuatu yang wajar atau tidak.

Kamu tidak akan tahu dan mungkin tidak pernah tahu isi hatiku. Seorang pengecut yang terkapar tanpa makna. Kamu mungkin akan membenciku atau merasa kasihan dengan diriku. Hari ini aku masih memujamu!

Bagaimana kabarmu impian? Terakhir kudengar kamu berbahagia dengan santri itu. Atau siapapun dia, tidak penting bagiku. Dulu aku hampir gila mendengar kau berputra. Hari bahagiamu tersembunyi, aku marah sampai tanganku berdarah. Langit laksana runtuh menghimpit jiwaku. Tangis darahku meluap bersama waktu yang menyeret luka.

Aku memang bodoh! Hanya berharap tanpa merayap, tiada hendak mendekatkan asaku padamu. Percayai bahwa hatimu seirama padu.

Di mana kamu impian?
Setiap lekuk senyum dan tawamu masih terdengar nyaring di gendang telinga, sakit.
Tulusnya tatapan netramu membekas di sudut dadaku yang bergemuruh, perih.
Suara yang ramah dengan nada yang tegas, ah ... tak kuasa titik air menetes, hancur.

Aku begitu merindukanmu. Aku sangat ingin memandangmu. Aku berharap kau hadir dimimpiku pada malam-malamku.
Mengulang sejenak ketika beriringan mengejar waktu.

Kau marah ketika tanpa sengaja tak kupenuhi tugas guru. Kamu ingat, kan? Saat kamu sempat menangis dalam diam melihatku dihujat ‘pecundang’. Kamu membelaku saat aku hampir tidak ikut ujian. Dua malam jarimu rela terluka untuk makalah itu. Terima kasih membuat aku sadar hidup sangat berarti.

Kalimat lisanmu menyiratkan bahwa kehidupan berjalan ke depan. Traumaku adalah kelemahan yang harus disingkirkan. Hakikatnya manusia itu baik, maka akan mudah kembali untuk kebaikan. Masa laluku lenyap menatap esok yang cemerlang. Tiada habis terima kasihku untukmu.

Dear impian.
Seseorang menyapaku sesaat kau pergi. Semula dia penyayang dan baik. Perlahan bayanganmu menjauh. Ternyata kepalsuan itu semu. Dia lari dan menyakitiku. Tetapi tidak sesakit kehilanganmu.

Duhai impian, rasa ini tercipta untukmu meski takdirku bukan dirimu. Kamu berharap aku menggapai mimpiku. Meski tiada kehadiranmu di sampingku. Apakah kamu masih mengingat dan mendoakanku? Dunia yang tidak luas belum berdamai dengan kakiku.

Percayalah, doaku selalu untukmu. Bahagiamu adalah bahagiaku. Ketulusan cinta bukan untuk memaksa dan meminta, tetapi merelakan dengan doa. Sampai penaku terhenti, tangan ini enggan berakhir. Mengukir bayang indah yang selalu hadir.

Aku pengagummu yang selalu menyimpan rindu itu.


Kalasan. 20 Nov 2018