Mengingat dan mengharap adalah hal yang berbeda, renungkan kembali....
Bicara ibadah bukan bicara teori. Bagaimana mungkin kita beribadah tanpa mengharap pahala dan menghrap mjdi pnghuni surga, dan drimana kita tau suatu perbuatan itu ibadah atau bukan kecuali telah tertulis dalam Al Quran dan hadist, dri Al Quran maupun hadist selalu bergandengan antara suatu perintah dan ganjarannya, yg bilng adalah itu semua Allah yang @bonbons sebut dengan "empunya" kenapa harus buat "teori2" yg @bonbons sebutkan diatas.
Trimaksih telah berkomentar ya... :)
Saya balas komen lagi ini Bg @lord-geraldi. 😁
Setuju Bg, ibadah bukan teori tapi amalan.
Betol Bg, semua itu bersumber Al-Qur'an dan Hadist, dan ujung harapan kita adalah surga dan neraka. Tapi ingat juga Bg, semua ibadah ada pahala dan nilainya, dan nilai yang tertinggi adalah iklash dan Ridha. Nah, dari sini muncullah pengertian2 berbeda tentang ikhlas dan kriterianya. Maka ungkapan kita beribadah tidak mengharap surga dan tidak takut neraka itu masuk dalam kriteria orang yang ikhlas. Nah, soal pahala pasti sudah dapat dari ibadah, tapi ikhlas, ini nilai yang lain bg, hanya Allah yang tahu.
Soal "empunya" itu saya coba nisbatkan kepada Allah Rabbul 'alamin..
Memang Genk droneh Bg @lord-geraldi. 😁😁
Waw luar biasa tanggapan om @bonbons bguslah aku sgat senang tulisanku ditanggapi dengan baik...
Takut neraka adalah perintah Allah, bagaimana mungkin kategori ikhlas itu tidak takut neraka, menjalankan perintah tetapi pungkiri perintah lainnya.
Mengharap pahala dn surga tidak merusak keikhlasan, takut neraka juga tidak merusak keikhlasan.
Contoh kecil, saat kita hendak marah besar maka karena takut dalam dosa yg mengantar kepda neraka kita pun mencoba bersbar, dn mnghilangkan mrah. Hal ini tidk mngapa.
Contoh lain, ketika jalan2 ke medan sekonyong2nya berjumpa cewek cantik dan "mentul" saat syahwat bangkit kpada yg bukan mahram lalu kita mencoba menundukkan pandngan dengan hrapan "ahh di syurga nanti bidadari jauh luar biasa cantiknya" maka kitpun menjauhkan dri perbuatan dosa, ini juga tidk mengapa.
Perbuatan demikian adalah keikhlasan, semua sahabat Rasul begitu merindukan mati syahid, agar termasuk golongan orang2 yang beruntung (penghuni surga) apakah harapan mereka itu menunjukkan bahwa sahabat tidak ikhlas dalam ber jihad?? Semua telah diterangkan sehingga jelas kita berbuat apa yg diperintahkaan Allah akan dpat pahala berharaplah masuk kedlam orag2 yg beruntung.
Trimaksi skli lgi telah semngat utk menaggapi tulisan aku ini,.. bahagia rasanya bisa berbagi pandngan...
Taqabbalallahu minnaa wa minkum shabatku @bonbons :)
Sama-sama Bg. Taqabbalallahu Minna wa minkum sahabatku.. saya juga senang karena bisa bertukar argumen..
😊😁😁