Mengapa kesalahan disebut hikmah? Lalu kesuksesan tidak juga disebut hikmah? Apa bedanya? Apakah ini cara berpikir yang sudah sempurna positif? Benar-benar membingungkan!
Semua terjadi karena satu alasan. Apabila Tuhan mengatakan "ya", maka kita akan mendapatkan apa yang kita kita minta. Apabila Tuhan mengatakan "tidak", maka kita akan mendapatkan yang lebih baik. Apabila Tuhan mengatakan tunggu, maka kita akan mendapatkan yang terbaik.
Dalam hal apapun pemikiran seperti itu harus tetap ada. Karena pada hakikatnya manusia tidak pernah bebas dari lilitan kehidupan yang getir dan krisis. Getir dan krisis itu semakin lengkap dengan konflik, pertikaian, dan peperangan antarmanusia atau antara manusia dan alam/lingkungan.
Krisis terbagi atas 3 jenis. Pertama, jenis krisis yang tidak disengaja atau situasional. Misalnya kematian manusia, gangguan sosial seperti depresi, kehilangan pekerjaan dan kehilangan kehormatan dan status.
Kedua, krisis developmental yaitu krisis yang terjadi seiring dengan perkembangan normal seseorang dalam kehidupan. Misalnya pada saat bersekolah di perguruan tinggi, membentuk rumah tangga, menerima kritikan di tempat kerja, atau kesehatan yang menurun.
Ketiga, krisis eksternal yaitu gabungan kedua krisis di atas. Adakalanya manusia dihadapkan dengan kenyataan yang mengganggu, terutama diri sendiri. Contohnya, seseorang yang tidak pernah sukses dan gagal memperoleh jabatan. Atau orang yang mengaku sakit dan nyaris putus asa karena penyakitnya susah sembuh.
Namun, manusia seyogyanya menjadi seperti bunglon, memiliki kemampuan adaptasi yang sangat hebat. Bunglon mahir mengendalikan diri agar tidak tertimpa krisis. Lalu jika krisis itu sudah terlanjur menimpa, ingatlah inti dari paragraf pertama tadi. Hikmah!
Tuhan berencana lain. Nantikan saja yang kata orang-orang, "semua indah pada waktunya".
Semoga bermanfaat.
@naziratulaulia