BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Ners. Mira Fajarina, S. Kep
A. Konsep Diabetes Melitus
Diabetes Mellitus (DM) adalah penyakit metabolik yang kebanyakan herediter dengan tanda-tanda hiperglikemia dan glukosuria, disertai dengan atau tidak adanya gejala klinik akut ataupun kronik sebagai akibat dari kuranganya insulin efektif di dalam tubuh (Suyono, 2003). Diabetes Mellitus mempunyai beberapa penyebab antara lain yaitu kelainan sel beta pankreas yang gagal melepas insulin, pemasukan karbohidrat dan gula berlebihan, obesitas dan kehamilan, gangguan sistem imunitas yang disertai pembentukan sel-sel antibodi antipankreatik dan mengakibatkan kerusakan sel-sel penyekresi insulin (Baradero, 2009).
Klasifikasi diabetes mellitus antara lain Diabetes mellitus tipe I yang tergantung insulin (IDDM), diabetes mellitus tipe II yang tidak tergantung insulin (NIDDM), dan diabetes mellitus karena sindroma lain seperti defek genetik fungsi sel beta dan kerja insulin, penyakit eksokrin pankreas, endokrinopati, dan karena obat/ zat lain (Carlisle, 2005).
Salah satu komplikasi dari diabetes mellitus antara lain komplikasi akut seperti hipoglikemia, diabetes ketoasidosis, dan sindroma hiperglikemia. Komplikasi jangka panjang seperti gangguan retiopati, nefropati dan neuropati (Baradero, 2009).
B. Konsep Hipoglikemia
- Pengertian Hipoglikemia
Hipoglikemia adalah keadaan dengan kadar glukosa darah sewaktu dibawah 60 mg/dl, kadar gula atau glukosa di dalam tubuh lebih rendah dari kebutuhan tubuh (Smeltzer & Bare, 2001).
Hipoglikemia ialah suatu penurunan abnormal kadar gula darah. dimana kadar gula darah plasma puasa kurang dari 50 mg/% (Marino, 2000). Selain itu hipoglikemi juga bisa didefinisikan sebagai kadar gula yang rendah, biasanya kurang dari 3 mmol/L pada pembuluh vena dengan gejala dan tanda utama dimana harus secepatnya dikenali.
Hipoglikemia atau penurunan kadar gula darah merupakan keadaan dimana kadar glukosa darah berada di bawah normal, yang dapat terjadi karena ketidakseimbangan antara makanan yang dimakan, aktivitas fisik dan obat-obatan yang digunakan. Sindrom hipoglikemia ditandai dengan gejala klinis antara lain penderita merasa pusing, lemas, gemetar, pandangan menjadi kabur dan gelap, berkeringat dingin, detak jantung meningkat dan terkadang sampai hilang kesadaran (syok hipoglikemia) (Nabyl, 2009).
Hipoglikemia adalah keadaan kronik gangguan syaraf yang disebabkan penurunan glukosa darah. Gejala ini dapat ringan berupa gelisah sampai berat berupa koma dengan kejang. Penyebab tersering hipoglikemia adalah obat-obat hiperglikemik oral golongan sulfonilurea.
- Etiologi
Menurut Mansjoer dalam Marino (2000), hipoglikemia bisa disebabkan oleh :
a. Pelepasan insulin yang berlebihan oleh pankreas
b. Dosis insulin atau obat lainnya yang terlalu tinggi, yang diberikan kepada penderita diabetes untuk menurunkan kadar gula darahnya
c. Kelainan pada kelenjar hipofisa atau kelenjar adrenal
d. Kelainan pada penyimpanan karbohidrat atau pembentukan glukosa di hati.
Selain itu faktor predisposisi terjadinya hipoglikemia pada pasien yang mendapat pengobatan insulin atau sulfonylurea :
a. Faktor-faktor yang berkaitan dengan pasien
- Pengurangan/keterlambatan makan
- Kesalalahan dosis obat
- Latihan jasmani yang berlebihan
- Penurunan kebutuhan insulin
- Penyembuhan dari penyakit
- Nefropati diabetic
- Hipotiroidisme
- Penyakit Addison
- H ipopituitarisme
b. Faktor-faktor yang berkaitan dengan tim pelayanan kesehatan - Pengendalian glukosa darah yang ketat
- Emberian obat-obat yang mempunyai potensi hiperglikemik
- Penggantian jenis insulin
- Patofisiologi
Menurut Sibelnags (2000), penyebab penurunan kesadaran pada penderita DM antara lain hipoglikemia, asidosis (KAD dan asidosi laktat), hiperosmolaritas (SHH), dan uremik enselofati (uremia karena gagal ginjal yang disebabkan oleh diabetik nefropati). Hipoglikemia merupakan komplikasi yang paling sering terjadi pada penderita DM dengan pengobatan insulin atau obat anti diabetes oral. Hipoglikemia dapat terjadi karena keterlambatan makan, kegiatan jasmani berlebihan tanpa suplemen kalori atau peningkatan dosis insulin. Hipoglikemia juga menyebabkan terjadi edema seluler, sedangkan hiperosmolaritas menyebabkan sel mengkerut. Kedua kondisi sel ini menyebabkan penurunan ekstabilitas sel-sel saraf yag menyebbakan penurunan kesadaran. Patogenesi uremik enselopati menyebabkan penurunan kesadaran masih belum jelas, namun diduga berhubungan dengan akumulasi zat-zat neurotoksik di dalam darah.
Gambar 2.1 Patofisiologi penurunan kesadaran pada hipoglikemia dengan penderita DM
Pemeriksaan Penunjang
Menurut Mansjoer dalam Marino (2000), penatalaksanaan hipoglikemia adalah pemeriksaan glukosa darah sebelum dan sesudah suntikan dekstrosa. Selain itu pemeriksaan penunjang lainnya meliputi :
a. Perpanjangan pengawasan puasa, tes primer untuk hypoglikemia, perpanjanganya (48-72 jam) setelah pengawasan puasa.
b. Tes bercampur makanan, tes ini di gunakan jika anda mempunyai tanda puasa (2 jam PP).
c. Tes urine di simpan untuk mencari substansi keton.Penatalaksanaan
Gejala hipoglikemia akan menghilang dalam beberapa menit setelah penderita mengkonsumsi gula (dalam bentuk permen atau tablet glukosa) maupun minum jus buah, air gula atau segelas susu. Seseorang yang sering mengalami hipoglikemia (terutama penderita diabetes) harus selalu menyediakan tablet glukosa karena efeknya cepat timbul dan memberikan sejumlah gula yang konsisten. Baik penderita diabetes maupun bukan, sebaiknya sesudah makan gula diikuti dengan makanan yang mengandung karbohidrat yang bertahan lama (misalnya roti atau biskuit).
Jika hipoglikemianya berat dan berlangsung lama serta tidak mungkin untuk memasukkan gula melalui mulut penderita, maka diberikan glukosa intravena untuk mencegah kerusakan otak yang serius. Seseorang yang memiliki resiko mengalami episode hipoglikemia berat sebaiknya selalu membawa glukagon. Glukagon adalah hormon yang dihasilkan oleh sel pulau pankreas, yang merangsang pembentukan sejumlah besar glukosa dari cadangan karbohidrat di dalam hati. Glukagon tersedia dalam bentuk suntikan dan biasanya mengembalikan gula darah dalam waktu 5-15 menit. Tumor penghasil insulin harus diangkat melalui pembedahan. Sebelum pembedahan, diberikan obat untuk menghambat pelepasan insulin oleh tumor (misalnya diazoksid). Bukan penderita diabetes yang sering mengalami hipoglikemia dapat menghindari serangan hipoglikemia dengan sering makan dalam porsi kecil.
Berikut ini penatalaksaan secara lengkap :
a. Bila pasien sadar atau fase adrenergic, beri karbohidrat 15g (3 tablet glukosa atau 120 cc jus buah tanpa gula atau 3 permen atau 3 sendok makan glukosa atau 6 ons minuman cola, dan 6 ons jus jeruk).
b. Bila pasien tidak sadar atau fase neurologic, beri 1 ampul 50% dextrose (iv bolus) atau Dextrose 40%, 25 – 50cc v, agar hipoglikemia menghilang.
c. Mencari dan mengobati penyakit dasar
- Stadium permulaan (sadar)
a) Berikan gula murni 30 gram (2 sendok makan) atau syrup /permen atau gula murni (bukan pemanis pengganti gula atau gula diit/gula diabetes) dan makanan yang mengandung karbohidrat.
b) Hentikan obat hipoglikemik sementara
c) Pantau glukosa darah sewaktu tiap 1-2 jam
d) Pertahankan KGS sekitar 200 mg/dL ( bila sebelumnya tidak sadar). - Stadium lanjut (koma hipoglikemia atau tidak sadar dan curiga hipoglikemia).
a) Diberikan larutan dexstrosa 40% sebanyak 2 flakon (=50 mL) bolus intra vena,
b) Diberikan cairan dekstrosa 10 % melalui IVFD 6 jam perkolf.
c) Periksa KGD sewaktu (GDs), kalau memungkinkan dengan glukometer.
- Bila GDs < 50 mg /Dl, bolus dekstrosa 40% 50 % ml IV
- Bila GDs < 100 mg /dL, bolus dekstrosa 40 % 25 % mL IV
d) periksa GDs setiap satu jam setelah pemberian dekstrosa 40% - Bila GDs < 50 mg/Dl, bolus dekstrosa 40 % 50 mL IV
- Bila GDs <100 mg/dL, bolus dekstrosa 40 % 25 mL IV
- Bila GDs 100 – 200 mg /dL, tanpa bolus dekstrosa 40 %
- Bila GDs > 200 mg/dL, pertimbangan menurunkan kecepatam drip dekstrosa 10 %
e) Bila GDs > 100 mg/dL sebanyak 3 berturut –turut, pemantauan GDs setiap 2 jam, dengan protocol sesuai diatas, bila GDs >200 mg/dL – pertimbangkan mengganti infuse dengan dekstrosa 5 % atau NaCI 0,9 %.
f) Bila GDs >100 mg/dL sebanyak 3 kali berturut- turut ,pemantauan GDs setiap 4 jam ,dengan protocol sesuai diatas.
g) Bila GDs > 200 mg/dL – pertimbangkan mengganti infuse dengan dekstrosa 5 % atau NaCI 0.9 %
h) Bila GDs > 100 mg/dL sebanyak 3 kali berturut-turut ,slinding scale setiap 6 jam.
C. Asuhan Keperawatan
- Pengkajian Keperawatan
a. Riwayat Keperawatan
- Persepsi – magemen kesehatan
a) Riwayat DM
b) Riwayat pemakaian insulin, oral hipoglikemic
c) Riwayat diet dan olahraga
d) Riwayat periksa - Nutrisi – metabolik
a) Merasa lapar
b) Mengeluh mual - Eliminasi
a) Mengeluh banyak mengeluarkan keringat - Aktivitas – exercise
a) Lelah, lemas.
b) Pigsan - Kognitif
a) Tidak ada konsentrasi
b) Penglihatan kabur
b. Pemeriksaan Fisik - Cardiovaskuler
a) Tachycardia
b) Palpitasi
c) Sinkope - Neurologi
a) Iritable
b) Perilaku tidak terkontrol
c) Kejang
d) Coma - Muskuloskeletal
a) Kelemahan
c. Pemeriksaan Diagnostik
Glukosa serum kurang dari 50 mg/dl
d. Pengkajian Gawat Darurat - Airway
Kaji bunyi nafas kemudian nilai jalan nafas bebas. Apakah pasien dapat bernafas dengan bebas,ataukah ada secret yang menghalangi jalan nafas. Jika ada obstruksi, lakukan chin lift/ Jaw thrust, suction, guedel airway, instubasi trakea. - Breathing
Kaji jalan nafas pasieBila jalan nafas tidak memadai, berikan oksigen kemudian posisikan semi flower. - Circulation
a) Menilai sirkulasi / peredaran darah
b) Cek capillary refill
c) Auskultasi adanya suara nafas tambahan
d) Segera Berikan Bronkodilator, mukolitik.
e) Cek Frekuensi Pernafasan
f) Cek adanya tanda-tanda Sianosis, kegelisahan
g) Cek tekanan darah - Disability
Kaji tingkat kesadaran pasien dengan cepat dan kaji skala nyeri. Kaji pula tingkat mobilisasi pasien. Posisikan pasien posisi semi fowler, esktensikan kepala, untuk memaksimalkan ventilasi.
Diagnosa Keperawatan
Setelah dilakukan pengkajian, dapat ditemukan beberapa diagnosa keperawatan kegawatdaruratan antara lain penurunan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan kadar glukosa darah dan resiko ketidakseimbangan glukosa darah berhubgan dengan penurunan kadar glukosa darah (produksi energi metabolik) (Herdman, 2010).Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Kriteria hasil dan tujuan Intervensi dan RasionalGangguan perfusi jaringan serebral Tujuan : gangguan perfusi jaringan serebral teratasi.
Kriteria hasil NOC
- Pasien akan menunjukkan status sirkulasi yang dibuktikan oleh aliran darah yang tidak obstruksi dan satu arah dan tekanan darah sistolik dan diastolik dalam rentang normal.
- Pasien akan menunjukkan status kognisi yang dibuktikan oleh kemampuan pasien menjalankan proses mental yang kompleks yaittu berkomunikasi dengan jelas, menunjukkan kemampuan perhatian, konsentrasi, orientasi kognitif, dapat menunjukkan memori jangka panjang dan saat ini dan mengolah informasi).
- Pasien akan menunjukkan status perfusi jaringan serebral yang dibuktikan oleh keadekuatan aliran darah melewati susunan pembuluh darah serebral untuk mempertahankan fungsi otak.
- Gangguan perfusi jaringan serebral Tujuan : gangguan perfusi jaringan serebral teratasi.
Kriteria hasil NOC
- Pasien akan menunjukkan status sirkulasi yang dibuktikan oleh aliran darah yang tidak obstruksi dan satu arah dan tekanan darah sistolik dan diastolik dalam rentang normal.
- Pasien akan menunjukkan status kognisi yang dibuktikan oleh kemampuan pasien menjalankan proses mental yang kompleks yaittu berkomunikasi dengan jelas, menunjukkan kemampuan perhatian, konsentrasi, orientasi kognitif, dapat menunjukkan memori jangka panjang dan saat ini dan mengolah informasi).
- Pasien akan menunjukkan status perfusi jaringan serebral yang dibuktikan oleh keadekuatan aliran darah melewati susunan pembuluh darah serebral untuk mempertahankan fungsi otak.
- Pantau tanda-tanda vital pasien setiap jam
Rasional : untuk memantau status hemodinamik pasien.
- Pantau tanda-tanda vital pasien setiap jam
- Atur posisi semifowler
Rasional : untuk menambah kenyamanan - Pantau kadar hemoglobin
Rasional : untuk menentukan pengiriman oksigen ke jaringan. - Pantau tingkat kesadaran pasien menggunakan skala GCS
Rasional : untuk mengetahui status neurologis. - Kolaborasi terapi pengobatan lainnya
- Resiko ketidakseimbangan glukosa darah Tujuan : Kadar Gula Darah dalam batasan normal.
Kriteria Hasil NOC
- Pasien menunjukkan glukosa darah stabil dibuktikan oleh kadar gula darah, dan hemoglobin darah dalam rentang normal.
- Pasien menunjukkan faktor resiko terkendali dibuktikan oleh manajemen mandiri Diabetes yang diterapkan secara konsisten dan tidak ada penyimpangan kadar glukosa darah.
- Kaji faktor yang dapat meningkatkan resiko ketidakseimbangan gula darah
Rasional : agar dapat dilakukan pencegahan sejak dini
- Kaji faktor yang dapat meningkatkan resiko ketidakseimbangan gula darah
- Pantau Kadar Gula Darah
Rasional : mencegah terjadi hipoglikemia maupun hiperglikemia - Pantau tanda dan gejala hipoglikemia seperti KGD < 60 mg/dl, pucat, takikardi, menggigil, dingin, iritabilitas, gugup.
Rasional : mencegah dan menganani kadar gula yang rendah
- Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah tahap penatalaksanaan semua intervensi yang telah direncakanan sesuai dengan masalah keperawatan yang didapatkan. Implementasi keperawatan juga merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan. - Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan merupakan tahap terakhir dari proses keperawatan yang digunakan untuk menentukan seberapa baik rencana keperawatan bekerja dengan menunjukkan respon klien dan kriteria hasil yang telah ditetapkan.