Rasa Sakit | Pain

in #poetry6 years ago

brain-3168269_960_720.png
Sumber


Who has been sick by the cold night wind, you ask. He who is sick, is he who is laying down the problem of life to be an afterthought. Then the lines of suffering are translated into waves of doubt and confidence in forgiveness. Like a bird that hopes a storm is reluctant to come to break its wings, even though the wings grow back and give it a chance to fly higher.

Doesn't the pain run the light toward the valley under drizzle? Yes, there is no longing for pain and suffering. But look at how the pain heals, bring the boats that deliver to the dock. That was not moored before all the pain gathered all the strength to accommodate the wound.

So, the farther along the journey of pain more and more spread, cupping the whole body. Because walkers are someone who is susceptible to wind. He came not to go home. He became a vehicle for walking and became a boat for sailing. And it becomes a disease for those who want to stop at the intersection. There is no compassion on the way. Moreover, this is the beginning of departure to the farthest place.


abstract-971441_960_720.jpg
Sumber


INDONESIA

RASA SAKIT

Siapa yang telah sakit oleh kecup angin malam dingin, tanyamu. Dia yang sakit, adalah dia yang sedang membaringkan persoalan hidup menjadi renungan. Lalu diterjemahkan baris-baris penderitaan pada gelombang keraguan dan keyakinan pada pengampunan. Seperti burung yang berharap badai enggan datang mematahkan sayap, meskipun sayap-sayap itu tumbuh kembali dan memberinya kesempatan terbang lebih tinggi.

Bukankah rasa sakit itu jalan cahaya menuju lembah di bawah rintik gerimis? Ya, tak ada keinginan untuk sakit dan penderitaan yang panjang. Tapi lihatlah bagaimana rasa sakit itu menyembuhkan, mendatangkan perahu-perahu yang mengantarkan ke dermaga. Yang tiada tambat sebelum seluruh rasa sakit itu menghimpun seluruh kekuatan menampung luka.

Maka, semakin jauh menempuh perjalanan rasa sakit makin banyak berhamparan, menangkup pada seluruh tubuh. Sebab pejalan adalah seseorang yang mudah terserang angin. Ia datang tak mesti pulang. Ia menjadi kendaraan bagi yang berjalan dan menjadi perahu bagi yang berlayar. Dan ia menjadi penyakit bagi yang ingin singgah di persimpangan. Tak ada belas kasih dalam perjalanan. Apalagi ini awal keberangkatan ke tempat terjauh.

(Pondok Kates, 2018)