Salam sejahtera stemian semua...
Dalam kegalauanku kusempatkan waktu sejenak untuk berfikir, bagaimana hidup ini seringkali berbeda dengan teori. Seperti "Sekolah lah agar kelak kau pandai" nyatanya pandai tidak mesti dengan bersekolah, walapun tidak bisa dipungkiri sebodoh-bodohnya yang bersekolah tidak akan sama bodohnya dengan yang tak bersekolah. Demikian juga yang pandai tanpa sekolah tak akan sama pandainya dengan yang bersekolah. Artinya tak ada kesimpulan mutlak yang bisa memvonis A atau B.
Selanjutnya, ada lagi nasihat "Sekolah lah biar mudah mencari kerja" itu pun tidak absolut kebenarannya. Lihat saja dunia sekarang, sekolah tidak lagi menjadi variabel penting untuk lapangan kerja dan hidup mandiri. Pun demikian, tidak pula sepenuhnya salah sobat, yang bersekolah saja kelimpungan mencari kerja, apalagi yang tidak sama sekali. Kembali lagi tidak ada ukuran absolut dalam berkesimpulan di sini.
Pernahkah kalian merasakan susahnya mengontol pengeluaran? Maksudnya kerja sebulan penuh dengan gaji standar, tetapi habisnya tidak sampai sebulan. Ibarat kata "corong masuk segede pipet, corong keluar sebesar pipa PDAM", sehingga, ide nyeleneh pun muncul, bahwa kita tidak lagi cocok mencari pekerjaan sehari-hari, melainkan kerja dua dua atau tiga tiga hari. Maksudnya kalau kerja sehari hari itu siang kita kerja, sore ambil gaji, malam bayar hutang plus beli kebutuhan, paginya ngutang lagi. Kemudian pasti Kerja lagi deh endingnya.
Sering juga kita mengeluh, marah sendiri sampai garuk-garuk dinding. Bagaimana tidak, baru kita dapat upah, berencana beli baju baru, jalan-jalan bersama keluarga. Tiba-tiba Booommm...!!, Ban meletus, ganti luar dalam, begitu dibawa ke bengkel, ternyata oli juga kosong, walhasil gaji yang tadi kita ambil ludes semua. Gagal deh rencana sebelumnya dengan gaji yang sudah di tangan.
Belum lagi sandal putus, anggota keluarga masuk rumah sakit, dan ada banyak sekali permasalahan lainnya yang lebih darurat dari sekedar menikmati upah kerja. Sampai kadang-kadang kita marah sendiri, kenapa bisa seperti ini, selalu ada saja masalah pengeluaran wajib saat kantong baru saja berisi. Lebih ekstrem lagi hingga kita mempertanyakan kenapa Allah tidak memberikan apa yang kita inginkan dalam Doa. Padahal kita lupa, bahwa yang kita inginkan tidak selalu baik untuk kita, tetapi yang Allah berikan itu lah yang kita butuhkan, bukan menurut apa yang kita inginkan, dan hal tersebut baik menurut Allah SWT.
Sebaiknya bagi yang bermasalah dengan celotehanku di atas, lebih baik kita introspeksi diri ketimbang mengeluh. Bagi yang merasa marah saat ada uang dan bannya kempes, jangan pula berfikir bahwa "ada-ada saja masalah kalau ada uang", sebaliknya kita perlu merubah cara berfikir kita dengan "Untung Allah memberikanku rejeki sehingga aku bisa mengganti ban yang meletus"
Posted from my blog with : https://rizal-sahabat.000webhostapp.com/2018/09/salah-pikir-salah-hasil-prt-ii