Navigasi adalah sebuah tema yang sudah lama saya sukai. Sejak kecil, agar saya mau makan, mama selalu bilang "makan yang banyak, supaya bisa jadi pilot". Walaupun tidak jadi pilot, saya cukup penasaran dengan semua profesi yang berhubungan dengan pesawat ini. Saat peristiwa jatuhnya pesawat Sukhoi dalam penerbangan percobaan di gunung salak, saya membeli rutin majalah Tempo edisi khusus yang membahas tentang peristiwa ini. Di sanalah saya mengenal sebuah profesi yang disebut Air Traffict Controller (ATC).
Tahun 2016, saya bertemu dengan seorang ATC. Beliau adalah seorang teman akrab dari seorang dokter bedah. Saat itu, saya terlibat dalam sebuah project pembuatan film dokumenter dengan dokter tersebut. Sang ATC (almarhum, meninggal pada Maret 2018 lalu) datang ke Aceh untuk berlibur. Saya pun tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk tau lebih banyak tentang profesi yang tidak banyak diketahui oleh masyarakat ini. Berikut tanya jawab saya dengan beliau yang sempat saya rekam menggunakan TASCAM DR-40. Oya, nama beliau Mas Bambang.
Saya: Bagaimana pertama kali Mas bisa kerja jadi ATC?
Mas Bambang: Tidak ada cita-cita sih dulunya. Sepupu saya dulu sekolah di Sekolah Tinggi Penerbangan Curug, dia menyarankan saya belajar ke sana. Karena sekolah dinas beban iuran sekolahnya lebih ringan. Selain itu orang tua lebih tenang karena di sana sistem asrama, jadi gak bisa bandel hehe.
Saya: Susah gak kuliah di sana?
Mas Bambang: Sepupu saya sudah mewanti-wanti untuk menyiapkan fisik. Waktu itu saya pikir cuma lari doang, ternyata lebih parah. Ya tau aja lah, kalau sekolah kedinasan. Tapi beratnya hanya pada tahun pertama, saat jadi junior.
Saya: Kalau kita mau menjelaskan job description ATC ke masyarakat umum, seperti apa Mas?
Mas Bambang: Saya jelaskan yang benarnya ya, siapa tau kamu bisa buat film dokumenternya
Jadi aturan ATC itu ada lima:
- Prevent collision between aircrafts (mencegah tabrakan antar pesawat)
- Prevent collision between aircraft on maneuvering area, and obstruction on that area (mencegah pesawat bertabrakan dengan benda lain, di runway atau di udara)
- Expedite and maintain an orderly flow of air traffic (menjaga lancarnya lalu lintas pesawat di udara)
- Provide advice and information useful for the safe and efficient conduct of flights (memberikan informasi agar penerbangan aman dan efisien.
- Notify appropriate organizations regarding aircraft in need of Search and Rescue aid and assist such organizations as required (Ketika dalam keadaan darurat dan kecelakaan, ATC membantu organisasi yang terlibat dalam usaha penyelamatan).
Saya: Ada sistem shift dalam kerja? trus, capek gak?
Mas Bambang: Sudah pasti ada shift, dan tidak mengenal weekend apalagi tanggal merah. Shift di ATCberat karena kurangnya sumber daya manusia.
Saya: tapi waktu tanggal merah dapat lembur?
Mas Bambang: Dapat lembur untuk tanggal merah saja, Sabtu-Minggu gak ada.
Saya: Penyebab kurang SDM, kenapa? Apa karena kurang lulusan dengan pendidikan ATC?
Mas Bambang: Daya rekrut sekolahnya masih terbatas. Jumlah sekolahnya pun sedikit, karena susah dapet izin dari ICAO (International Civil Aviation Organization). Sementara untuk jadi pilot ada sekolah swastanya.
Saya: Menurut Mas, apa kriteria untuk jadi seorang ATC? Misalnya, jangan cepat panik gitu.
Mas Bambang: Gak ada syarat muluk-muluk kok. Teman saya macam-macam sifatnya. Karena semuanya akan terbentuk selama masa pendidikan. Ada seorang teman saya dari Solo, dia ngomongnya sangat santun dan lamban. Saat jadi ATC, dan mendapat traffic yang padat, dia jadi terbawa untuk ngomong cepat, kalau masih ngomong lambat, ya dibentak lah sama pilotnya, haha.
Dan jadi ATC itu sangat berat. Harus bisa mengambil keputusan tepat dan cepat dalam hitungan detik. Rating dari percakapan itu 100 kata per menit dan itu dengan standar bahasa Inggris. Setiap tahun wajib lulus medical check, setiap dua tahun wajib ujian license, dan bahasa Inggris tiap tiga tahun sekali.
Komunikasinya sudah ada standarnya, kita ga bisa bercanda untuk ngomong ala anak alay. Namanya phraseology. Kalau ada accident, percakapan dicek, kalau ATC ngomong gak standar bisa dihukum.
Saya: Di profesi ini banyak pria atau wanita?
Mas Bambang: Dulu memang didominasi oleh pria. Tapi sekarang makin sudah banyak wanitanya.
Saya: Mas stres gak kerja jadi ATC?
Mas Bambang: Iya, stres. Gini, ada dua pendekatan kontrol, radar dan non-radar. Kalau yang non-radar, ATC harus membayangkan pesawat ada di mana berdasarkan laporan pilot. Padahal pilot suka bohong tentang laporannya.
Saya: Bukannya semua bandara ada radarnya?
Mas Bambang: Nggak, ada bandara yang tidak punya radar seperti Padang, Pangkalpinang, Bandung, dan di sini (Aceh)
Saya: Mas suka gak sama pekerjaan ATC ini?
Mas Bambang: Senangnya, saya jadi terbiasa untuk mengambil keputusan dengan cepat, gak bertele-tele. Kalau orang menganggap pilot itu hebat, yah, mana ada. Mereka buta. Keputusan diambil oleh ATC.
Masih banyak panjang obrolan kami seputar ATC. Kemudian saya juga bertanya tentang aturan-aturan dalam penerbangan. Bagaimana semuanya dijalankan dengan teratur, siapa-siapa saja yang terlibat dalam hal tersebut. Dan rupanya, tidak hanya pilot yang bekerja, ada banyak orang di belakangnya. Namun, seperti dalam sepakbola, orang hanya mengenal siapa yang mencetak gol (striker). Kapan-kapan akan saya transkripkan lagi percakapan saya dengan Mas Bambang.
Wiih pengalaman yang luar biasa ini, membaca pengalaman orang seperti pernah mengalami sendiri. Terimakasih bang ilmunya
Sama-sama Teuku Rival
Akbar cocok jadi wartawan....
Lebih cocok lagi jadi pendamping hidupmu eaaaaak
Postingan ini telah dibagikan pada kanal #Bahasa-Indonesia di Curation Collective Discord community, sebuah komunitas untuk kurator, dan akan di-upvote dan di-resteem oleh akun komunitas @C-Squared setelah direview secara manual.
This post was shared in the #Bahasa-Indonesia channel in the Curation Collective Discord community for curators, and upvoted and resteemed by the @c-squared community account after manual review.
Keren