NEGERI 3 KALI

in #story6 years ago

Berada di perantauan ternyata tidak seindah dengan apa yang dibayangkan, begitulah kira-kira keluh Udin. Sudah empat bulan pemuda kurus ini berada di tempat baru, tempat yang benar-benar asing, berisi orang-orang dengan kebiasaan berbeda dari tempat dirinya berasal.

image

Di tempat baru, semuanya harus dijalankan dengan cepat dan tepat. Sementara dengan kebiasaan yang dibawa dari tempatnya berasal tidak dibiasakan untuk hal-hal seperti demikian. Tidak jarang ia dimarahi oleh majikannya karena tidak mampu menangkap apa yang harus dikerjakan secara benar sesuai perintah. Seperti yang terjadi siang itu, dimana saat sedang fokus menyiangi rerumputan di halaman belakang rumah tiba-tiba majikannya menyeru dari depan pintu belakang rumah, "Din, sebentar lagi akan turun hujan, kamu perbaiki gentengnya sebelum hujan, sepertinya ada beberapa yang rusak." setelah berujar, orang itu pergi meninggalkannya yang masih fokus bekerja.

Hanya dengan mengangguk sebagai jawaban tanda mengerti, sambil tidak melepaskan yang sedang dikerjakan, tidak lama rumputpun selesai ia siangi. "Apa ya tadi perintah tuan?" Pemuda kurus itu coba mengingat-ingat kembali apa yang diperintahkan padanya tadi. Rasa sesal kemudian melintas dalam pikiran, di sini, di negeri satu kali, semua orang berkata hanya satu kali saja untuk setiap halnya, maklum saja ini menjadi hal yang sedikit sulit untuk lelaki satu ini yang berasal dari negeri tiga kali.

Udin hanya mampu berjalan berputar mengelilingi tempatnya berdiri, tidak berhenti mengingat apa tugas yang harus dilaksanakan.

Duaaaaarrrrr.... !!! Petir menggema di udara, awan hitam segera saja berada di atas kepala Udin. Hujaaan, pemuda kurus ini kalang kabut, karena di dalam rumah terdapat titik tetesan air, makin lama semakin membuat rumah menjadi basah, ember-ember telah penuh menampung air hujan yang masuk melalui celah genteng rumah.

Kontan saja sang majikan marah besar mengetahui rumahnya hampir tenggelam, tak ada jawaban mampu dilontarkannya, hanya wajah yang semakin pucat terlihat dari badan kurus sang pembantu. "Kenapa masih ada yang bocor? Bukankah tadi aku menyuruhmu membetulkan." terdengar kembali hardikan dari Sang Tuan.

Kejadian itu sangat membuat Udin terpukul, di tempatnya berasal, semuanya baru benar-benar dapat dimengerti setelah diulang sebanyak tiga kali, lelaki ini terhenyak dari kekalutan hati dan berdiri, mulai melangkahkan kaki.

"Agar semuanya terasa mudah, mungkin lebih baik aku pergi ke negeri dua kali."

Selesai.