Ada seorang pemuda yang suka mencari tempat-tempat yang memiliki pemandangan yang sangat indah. Di pagi hari yang buta, pemuda itu berjalan menuju sebuah gunung. Dia hendak mendaki puncak gunung tersebut. Konon, di puncak gunung itu terdapat pemandangan yang sangat indah layaknya seperti di surga.
Pemuda tadi dengan penuh semangat berjalan sambil membawa ransel di punggungnya. Sesampainya di lereng gunung, dia melihat sebuah rumah kecil. Dia terus berjalan menghampiri rumah yang dihuni oleh seorang kakek tua.
Setiba di depan rumah, dia menyapa sang kakek dan menceritakan maksud kedatangannya.
“Kek, saya ingin sekali mendaki gunung ini. Katanya, di pucak gunung ini terdapat pemandangan yang sangat begitu indah.” Ucap pemuda itu dengan semangat.
“Benar,” jawab sang kakek “di puncak sana memang sangat indah anak muda.” Sambung sang kekek.
“Kalau begitu, apa kakek bisa menunjukkan pada saya jalan pintas dan mudah menuju puncak gunung ini?” Tanya pemuda itu, sembari menunggu jawaban dari sang kakek. Pemuda tersebut berharap kalau kakek tua itu bisa memberikannya petunjuk.
“Begini anak muda.” Jawab sang kakek lalu dia mangangkat tangannya dan menunjukkan tiga jari ke hadapan pemuda.
“Ada tiga pilihan agar kamu bisa sampai ke puncak sana.” Lanjut sang kakek. “Pertama kamu bisa memilih jalan sebelah kiri, kedua jalan sebelah kanan dan terakhir jalan sebelah tengah.” Ucap sang kakek memberikan pilihan pada pemuda.
“Bagaimana kalau saya pilih jalan yang kiri?” Tanya pemuda.
“Kalau kamu memilih jalan yang kiri, kamu akan melewati banyak bebatuan yang terjal dan sangat licin. Kamu juga harus kuat untuk berpegangan agar kamu tidak tergelincir.” Kakek menjelaskan apa yang akan dihadapi pemuda.
“Gimana kalau saya pilih yang kanan saja?” Lanjut pemuda menanyakan jalan yang tengah. Dalam hati pemuda dia masih punya dua pilihan yang mungkin lebih mudah dan cepat.
“Jalan yang sebelah kanan penuh dengan semak berduri yang sangat tajam, sehingga kamu harus hati-hati.” Kakek menjelaskan pada pemuda. Pemuda tadi terdiam sejenak, hatinya sedikit kecewa karena jalan sebelah kanan sama susahnya dengan yang kiri.
“Saya pilih yang tengah saja kek.” Ucap pemuda memilih jalan yang terakhir.
“Begini anak muda, kakek akan memberitahu apa yang akan kamu temui di jalan tengah, tetapi kamu harus mencoba dulu salah satu jalan tadi.”
Pemuda tadi akhirnya berpamitan dan mengucapkan terima kasih pada kakek. Dia bergegas memilih jalan yang penuh semak berduri. Beberapa jam setelah berpamitan. Pemuda tadi kembali menjumpai sang kakek.
“Saya tidak sanggup kek, jalan itu terlalu sulit untuk dilalui. Semak berdurinya tidak bisa aku lewati.”
“Cobalah jalan yang sebelah kiri.” Ucap kakek menyarankan.
Pemuda yang ingin merasakan keindahan puncak gunung itu, langsung bergegas menuju jalan yang satunya lagi. Berselang beberapa jam kemudian dia kembali turun dengan penuh peluh di dahinya.
“Kek, aku benar-benar tidak sanggup lagi. Jalan itu sangat terjal dan licin.” Pemuda itu menceritakan. “Sekarang aku sudah melewati kedua jalan itu, rasanya sama saja. Aku tetap berputar-putar dan tidak bisa mendaki ke tempat yang lebih tinggi lagi. Kek, tolong beritahu jalan yang terakhir agar aku bisa sampai ke puncak gunung.” Pemuda tadi meminta tolong dan berharap jalan terakhir mulus dan mudah untuk dilewati.
Sang kakek mendengarkan keluh kesah pemuda itu dengan serius. Setelah pemuda itu selesai, lalu kakek tadi berkata dengan tegas.
“Anak muda! Apabila kamu benar-benar ingin sampai ke puncak, kamu harus melewati apapun rintangan yang ada. Tidak ada jalan yang mulus dan rata. Rintangan batu terjal dan semak berduri harus bisa kamu lalui, bahkan jalan buntu pun harus dihadapi. Selama tekat dan keinginanmu untuk bisa mencapai puncak itu tidak goyah, maka kamu pasti bisa ke atas sana. Hadapi semua rintangan yang ada! Lewati setapak demi setapak, maka kamu akan tiba dan nikmatilah pemandangan indah yang sangat luar bisa. Bagaimana?”
Pemuda tersebut tercengang dan takjub mendengarkan nasehat sang kakek. “Saya telah mengerti kek. Terima kasih! Saya telah siap melewati segala rintangan yang ada selangkah demi selangkah.” Akhirnya pemuda tadi pergi dan tidak lagi menanyakan jalan pintas dan mudah menuju puncak gunung.
Untuk meraih sukses dalam hidup sama persis dalam cerita mendaki gunung tadi. Tidak ada jalan pintas, jalan rata, jalan mulus. Semua jalan yang ada pasti ada tantangan dan rintangan. Jalan buntu dan berliku-liku juga harus dilalui agar bisa mencapai puncak. Apabila mental kita lemah, takut dengan tantangan, jalan yang terjal, maka harapan kita bisa kandas di tengah jalan. Ibarat kata, layu sebelum berbunga.
Hanya dengan mental dan tekat pantang menyerah, serta komitmen untuk terus maju, barulah kita bisa mencapi puncak, sebab tidak ada jalan pintas menuju sukses.
Congratulations @gora! You received a personal award!
You can view your badges on your Steem Board and compare to others on the Steem Ranking
Do not miss the last post from @steemitboard:
Vote for @Steemitboard as a witness to get one more award and increased upvotes!
Congratulations @gora! You received a personal award!
You can view your badges on your Steem Board and compare to others on the Steem Ranking
Vote for @Steemitboard as a witness to get one more award and increased upvotes!