Jalur Lain

in #writing7 years ago

image
source: pexels

Kau tak boleh diam di tempat. Mesti terus berjalan kendati aral menghalang. Meski harus mengambil jalan berputar, kalau pun itu berakhir pada ketibaan, tak mengapa. Terus berjalan lebih penting ketimbang berkutat di situ-situ saja. Dengan berjalanlah wawasan bertambah, penglihatan kian cerah. Cercah cahaya dari jalan yang kau tempuh tak hanya membuat pikiran cerlang, tapi bisa akan bersemayam di relung hati terdalam. Itulah yang orang-orang menyebutnya dengan kata pengalaman atau kata-kata kiasan lain yang tak bisa kuurut satu-satu.

Terlalu banyak jalan yang bisa kau pilih. Pertama yang harus kau punya adalah tekad untuk melangkah. Dan jangan pantang menyerah. Jalan diciptakan. Atau banyak yang telah tercipta dengan sendirinya meski sebagian besarnya diciptakan oleh para pendahulu kita.

Pada akhirnya adalah kematian. Jalanan akan menuju ke sana, dan di setiap persimpangan sebelum tiba kita mesti berkarya banyak hal. Mungkin itulah yang disebut bekal.

Tapi berbekal atau tanpa bekal, kematian tetap tiba. Sekali pun kau tak juga melangkah, maka itulah jalan kau menuju ajal. Bersetapak padanya tanpa menggerakkan tapak secara kasat mata. Jalan kasat mata berbeda banyak dengan jalan tak tampak. Misteri menghimpun diri di sana, dan kerahasiaan hidup akan tampak jelas dengan terbuka. Jalan tak tampak biasanya gelap. Gelap sekali. Tak terperi. Dan kau membutuhkan perangkat-perangkat yang tak hanya senter atau penerang lain, kecuali ilmulah perangkat terpenting.

Kau tahu, kesasar di tengah jalan hanya dialami oleh mereka yang dungu.

Sort:  

dear steemer
another nice post of yours.
I upvote ypu :) and also follow you :) upvote me and follow me please :)