You are viewing a single comment's thread from:

RE: Shortage of Good Curators for Indonesia – Tackling the Problem Head On

in #indonesia7 years ago (edited)

Betapa banyak konten bagus yang ditulis oleh ahlinya tetapi tidak mendapatkan nilai dari kurator di Indonesia, sehingga penulis lebih cenderung menulis dalam bahasa Inggris walau hanya hasil trranslete untuk mendapat perhatian dari orang luar. Saya merasa di sini tidak adil, kalau hanya mementingkan orang-orang terdekat saja yang mempunyai relasi khusus.

Sort:  

ada banyak konten bagus yang tidak diperhatikan. Itulah mengapa kita membutuhkan lebih banyak kurator dan mendorong kurasi

Totally aggree ✌🏻@paulag

that is true Ms @paulag, banyak orang orang di Indonesia yang memiliki potensi menghadirkan konten konten berkualitas, konten yang informatif, attractive, entertaining.
Namun yang terjadi adalah konten yang dibuat dan mungkin sudah melalui observasi tidak banyak dihargai.
Akhirnya yang terjadi adalah keputus asaan.

Seperti saya sendiri akhirnya memutuskan memakai bahasa inggris dengan segala keterbatasannya dengan harapan memperoleh reward lebih besar.
Karena dalam pikiran saya, tak ada beda antara konten yang dibuat secara serius dengan menggunakan BAHASA dengan konten biasa menggunakan Eng.

Karena Tidak bisa dipungkiri, salah satu kenapa banyak yang meminati Steemit adalah potensi penghasilan yang bisa diperoleh.

Namun Perlu juga Ms @paulag ketahui Indonesia itu luas, memang pengguna Steemit terbanyak di Pulau Sumatera terutama di Propinsi Aceh di bandingkan Propinsi lainnya. Namun semakin hari penggunanya sudah mulai menyebar ke daerah lain, termasuk Kalimantan.

Kesenjangan yang terjadi adalah kurator masih terpusat pada wilayah tertentu saja, sehingga dengan melihat latar belakang perbedaan suku, wilayah, budaya, bahasa lokal, kecenderungan like dislike besar.

Yang dilihat bukan kualitas konten, tapi lebih pada faktor like dislike.

Warm Regards
@azmielbanjary